Susi Ohh Susi

WWW.JINPOKER.COM, - AGEN POKER dan DOMINO ONLINE TERPERCAYA

http://jinpokeronline.blogspot.com



Cerita ini berawal ketika kantor saya mengadakan workshop (jalan-jalan tahunan) dan saat itu tujuan kami adalah hotel Novus, Puncak. Adalah salah satu teman bernama susi  yang masih single juga sama seperti saya. Dia berumur satu tahun dibawah saya dan belum berkeluarga juga. Terus terang saya heran melihat dia. Secara fisik susi orangnya tergolong cantik, rambut panjang sebahu, wajah oval, kulit kuning langsat cenderung putih mulus, dengan buah dada yang besar menantang. Dan yang paling membuat saya berdehem dalam hati kalau melihat pinggul dan pantatnya yang besar dan membulat mencetak celana dalam ukuran mini yang selalu dia pakai jika di kantor. Itu selalu saya perhatikan setiap hari bahwa ukuran roknya selalu kekecilan dengan pinggul yang indah jika sedang berjalan.

Satu minggu sebelum berangkat Workshop, kami sempat makan siang bersama disebuah restoran dalam gedung kantor kami. Setelah ngobrol kesana kemari akhirnya subject pembicaraan mengarah ke workshop.

Saya bertanya, “‘Ntar workshop gimana kamu?”.

susi menjawab dengan wajah yang lesu, “Ach, nggak tau juga Di, aku lagi bete nich, kayaknya kesana lumayan buat nyegerin pikiran aku.”

“Lho emangnya ada apa,”tanyaku menyelidik.

“Aku abis putus ama cowok ku soalnya dia selingkuh, maen belakang, trus ketauan ama aku,”celetuknya dengan muka sedikit memerah menahan marah.

“Ya udah,” sambungku “Ntar saya temenin kamu disana biar ngelupain dia.”

Dia tersenyum sambil bilang, “Tapi aku lagi mo sendiri Ardi.”

Aku tak kalah gesit menjawab ucapannya, “Iya Sus, Aku juga lagi mo sendiri aja ‘en rencana ntar aku mo sewa kamar sendiri aja, kalau kamu mau gabung aja kita bisa ngobrol ampe malem keluarin semua unek-unek yang ada dikepala kita masing-masing.”

Aku terus menjelaskan rencanaku minggu depan dihotel tersebut. Dan tak diduga respon dari susi, “Oleh juga tuh Di, aku emang butuh itu enak kali yah ngobrol ngobrol kita berdua sampe malem”. “Iya, sekalian kalau kamu mau, saya juga nggak keberatan ngelonin kamu tidur,” candaku kepadanya.

“Ha, gila kamu” mata susi memancarkan arti yang tidak dapat saya cerna.

Satu hari sebelum berangkat kami didata ulang oleh panitia, menyangkut pembagian kamar tidur. Sudah menjadi tradisi kantor kami, bahwa satu kamar berdua, dan diatur oleh nomor nomor kamar yang ada. Saya berdua dengan teman saya Hendra, dan susi waktu itu terdata satu kamar bersama Wina. Dan tibalah waktunya bahwa kami satu kantor berangkat menuju hotel Novus ada hari Sabtu bersama sama dengan menggunakan satu bis besar. Kantor kami hanya berjumlah total 50 orang bersama orang asing juga. Rupanya dalam batas akhir sebelum naik ke bis, ada dua orang yang batal ikut karena alasan keluarga, mereka adalah Tiara, dan Wina. Wina?, bukannya Wina satu kamar dengan Susi, dan berarti nanti Susi sendirian dong dikamar. Pendulumku langsung bereaksi mendengar kabar tersebut. Sambil mengisi waktu, kami banyak bersenda gurau dalam perjalanan hingga akhirnya tiba tepat makan siang di hotel. Setelah kami makan dengan lahap, kami diberikan kunci kamar oleh panitia dan langsung check-in ke dalam kamar masing masing.

Sore harinya kami memanfaatkan kolam renang yang ada di hotel untuk bermain main. Dapat saya lihat Susi yang sudah memakai pakaian renang yang seksi. Uh, bukan main indahnya, saya betul betul terangsang melihat keadaan Susi seperti itu. Otak kotorku mulai bekerja supaya bagaimana dapat tidur dengannya malam ini. Dalam kumpulan laki laki ada Pak Kardi yang nyeletuk kepada teman laki laki berkata, “Waduh si Susi kalo abis berenang gue mau tuh mandiin dia.” Sambil matanya juga tak lepas dari gerakan pantat Susi yang berlenggang lengok kekiri kekanan mengikuti irama langkahnya.

Ketika Susi sudah selesai bermain dikolam renang dan akan kembali ke kamarnya, akupun mengikutinya seakan akan akupun sudah selesai dan ingin mandi. Sambil berjalan dibelakangnya, saya melihat celana dalam mini berenda yang dipakai Susi tercetak jelas oleh baju renang tipis yang berwarna ungu.

“Waduh, kok cepet selesainya Sus,” celetukku sambil berjalan disampingnya.

Susi menjawab, “Habis aku nggak tahan airnya terlalu dingin.”

Sambil dia menyilangkan tangannya dikedua belah dadanya yang padat montok tersebut.

“Trus kamu ngapain juga selesai,” tanya dia lanjut.

“Akh, aku udah bosen mendingan mandi air hangat terus nunggu makan malam, khan enak tuh”.

Lalu pembicaraan kami terpisah ketika Susi harus mengambil arah kekiri dan saya kekanan sambil berucap,
“Sampai nanti ,. dagg”.

Waktu menunjukan pukul delapan, setelah perut saya isi dan kenyang sekali rasanya. Makan malam dihotel ini terasa nikmat sekali. Saya melihat sudah beberapa kali Susi menguap dan kemudian pamit dari kerumunan anak anak untuk pamit ke kamar. Dalam perjalanan ke kamarnya, dia ada melihat saya dan kemudian mengerdipkan mata seperti memberi tanda ke saya. Dengan sedikit tegang saya berpura pura seolah saya pun capek setelah bermain seharian dengan teman kantor dan ingin tidur.

Pada sore hari saya sudah memberitahu ke Hendra (teman sekamar saya) bahwa mungkin saya akan begadang keluar hotel, jadi nanti dia tidak kawatir atau curiga kepada saya. Dalam perjalanan dari restoran ke cottage agak jauh.

Susi berjalan kecil sendiri dan saya dengan cepat mengejarnya, dan menyapanya,

“Sus, udah ngantuk ya sayang, mau tidur..”

Susi menyahut, “Iya nih, nggak tahu kenapa nich badan semua jadi pegel semua, mungkin tadi renangnya kebanyakan kali.” Sambil berkata begitu, dia mengusap usap belakang lehernya sambil kepala digelengkan kekiri lalu kekanan.

“Makanya kamu juga sih terlalu over berenangnya, kamu kebanyakan diliat ama temen temen cowok lagi pas kamu berenang,” sahutku.

“Hm, aku tahu, justru karena mereka aku jadi lebih semangat,” kata Susi sambil masih tetap mengusap leher belakangnya.

“Kamu mau saya pijit pijit kecil Sus,” kataku sedikit berani.

“Hhh, boleh juga, tapi cuman di leher sama sekitar pundak yah,” sahutnya sedikit lemah.

Tak lama kami sudah tiba didepan pintu kamar Susi. Setelah dia membuka pintu kami berdua langsung masuk, saya sempat melihat pada sudut mata Susi ketika dia tutup pintu, matanya seperti melihat kiri kanan takut takut kalau ada orang disekitar yang melihat kami.

Dalam kamar Susi mempersilahkan saya duduk sambil dia permisi sebentar ke toilet. Sambil menunggu Susi saya menonton TV yang ada dikamar. Tidak begitu lama, Susi sudah keluar dan telah berganti baju tidur daster. Daster yang dipakai berwarna kuning dengan ukuran yang dapat saya katakan mini. Kenapa demikian? Daster tersebut hanya sebatas setengah pahanya saja dan berenda kuning juga, kemudian di pundaknya hanya mengenakan satu tali saja. Buah dada yang ranum menantang sekali dengan dua puting yang mencuat. Gila bukan main, dia sudah tidak memakai BH, tapi masih memakai celana dalam.

Celana dalam itu jelas tercetak menerawang tembus pandang dari daster kuning tersebut. Celana dalam Susi juga dalam ukuran yang sexy, mini CD warna putih, kontras dengan daster yang dipakai. Sebelum saya memberi komentar, Susi sudah berbicara,

“Ardi, kamu jangan salah sangka dulu, saya pakai ini supaya kamu mudah pijat leher dan pundak saya, lagi pula saya juga tidak bawa baju tidur lain selain yang ini, mudah-mudahan kamu tidak keberatan.”

“Oh, tentu tidak dong Sus, suka suka kamu aja, yang penting bajunya jangan menggangu pijat memijat,” kataku sambil menelan ludah beberapa kali.

Susi tersenyum lagi dan berkata, “Kamu pijet saya pake kaos lengan panjang apa tidak mengganggu, apa lagi nanti kamu naik ke ranjang kalau perlu, keliatannya celana panjang kamu juga ganggu, apa nggak lebih baik ganti yang pendek atau dilepas sekalian?”

Saya bengong atas ucapannya, lalu saya katakan, “Betul juga Sus, saya buka kaos aja deh,” sambil saya mengangkat koas saya sehingga saya sudah bertelanjang dada, dan kemudian Susi melihat ke celana panjang saya sambil mulutnya sedikit dimonyongkan. Saya pun membuka celana panjang saya, dan hanya tertinggal celana boxer saya. Susi tersenyum puas setelah melihat saya akan mudah nanti memijitnya. Dia langsung naik ke ranjang dan berbaring terlungkup, sambil memanggil nama saya, “Di, ayo dong mulai, badan Susi makin pegel nih”. Mendengar rengekan Susi saya langsung naik ke ranjang dan memulai aktivitas dengan memijit Susi.

Sungguh sempurna tubuh Susi dari belakang. Mimpi apa aku semalam sehingga Susi begitu pasrah memberikan sajian gratis seindah ini. Kulit yang mulus dengan pinggang ramping, pinggul yang besar dengan buah pantat yang membulat mumbul tinggi. Dapat kulihat dengan jelas belahan pantat Susi yang dibalut dengan CD mininya. Sebentar saja tangan saya sudah memijat bagian leher yang tegang, dan seeskali kebawah meijat pundaknya. Susi terkadang bersuara mendesah ketika tangan saya sedikit keras memijitnya,

“Uh, oh, hmm,” desahnya putus putus, membuat saya makain panas saja.

Adik kecil dibalik celana boxerku sudah mengacung keras siap tempur, entah apa yang sedang dipikir Susi sekarang.

Kemudian setelah kurang lebih 4 menit, Susi minta dipijit agak kebawah. Dengan yakin tangan saya kedua duanya merayap ke bawah, dari arah ketiak terus turun kebawah. Sambil sekali kali jari jemari saya dengan nakalnya menyentuh dari samping kedua bukit ranum yang mengembung keluar kesamping karena tertindih tubuhnya. Saya terus terang sudah tidak ada pikiran positif, otak ngeres saya terus bermain main fantasi, hingga suatu ketika,

“Di, pijatan kamu enak deh sekarang Susi minta dipijat bagian depan ya sayang,” sahut Susi sambil membalikan tubuhnya kedepan.

Waduh mak bukan main saat itu saya betul betul tidak tahan saya langsung meraba kedua belah susunya yang tegak menjulang, hal yang membuat Susi langsung kaget.

“Mardi,.! saya minta tolong kamu untuk pijat saya kenapa kamu memanfaatkan itu dengan meraba tubuh saya,” hardiknya.

Langsung saya kaget, saya kira dia minta lanjut dalam permainan tersebut ternyata dia memang betul betul minta dipijit. Langsung saya minta maaf kepadanya,

“Waduh maaf deh Sus, aku kelepasan, maklum deh tubuh kamu ranum sekali, sexy apalagi dengan itu (sambil menunjuk kedua buah dada Susi yang mancung bikin aku jadi geregetan mau iseng.”

“Maaf ya sekali lagi Maaf,” kataku dengan penyesalan.

Susi yang melihat saya begitu agak melunak tapi kemudian dia menangis sambil berkata, “uhh, hh, hg hg hg,. emang setiap laki laki yang mau sama Susi cuman mau tubuh Susi aja, ini juga terjadi dengan cowok Susi yang dulu, maunya making love terus sama Susi, nggak ada perasaan sama sekali.”

Aku terhenyak, ternyata wanita didepan saya ini memang sudah pernah melakukan hubungan suami istri sebelum menikah, dan pendulumku kembali kontak. Dengan gaya yang gentle saya memeluk dia dari belakang dalam posisi duduk, tangan saya berada di perutnya sambil berkata,

“Susi, aku tuh memang udah salah, kamu Maafin ya, aku janji pokoknya malem ini kita cuman sayang sayangan aja deh nggak sampe kelewatan,” kataku menenangkannya.

Dia menengok ke belakang hingga wajahnya dekat sekali denganku dan berucap,

“Bener ya janji, kamu cuman kelonin aku aja nggak sampe kebablasan?”.

Aku mengiyakan dengan anggukan kepala sambil mencium kecil pipi kanannya.

Dia tersenyum, kemudian membalas mencium kecil bibirku. Aku pun serta merta tangan kanan mulai naik dari perut meraba buah dada yang menggantung tersebut. Susi menutup mata merasakan kenikmatan tersebut, kemudian dengan itu juga aku mencium bibirnya yang sensual, sambil sesekali kuhisap bibir bawahnya dan lidahku menjelajah ke rongga giginya dan menghisap lidahnya.

Susi benar benar menikmatinya, maka setelah melihat lampu hijau seperti itu, kedua tanganku sudah berada pada dua buah dada ranumnya. Oh alangkah nikmatnya tanganku bermain disana, meremas remas sambil kupelintir kedua puting susunya dengan ibu jari dan telunjukku. Susi terkadang bergetar tubuhnya ketika kombinasi yang kulakukan yaitu meremas sambil memuntir puting susunya. “Ah, Ardi kamu pinter bikin aku terangsang ya, ingat lho kita nggak boleh lebih jauh dari ini,” kata Susi mengingatkanku.

“Iya dong sayang aku pasti inget, khan ada kamu juga yang ngingetin!”

Sambil berkata begitu aku membaringkan tubuhnya diranjang dan aku dari belakang langsung ke depan menindihnya sambih terus melanjutkan meremas dan mencium bibir sensual nan menggairahkan tersebut. Susi masih terus mengingatkan, namun bahasa tubuhnya lain. Alat kelamin kami sudah bersentuhan, dimana batang kemaluanku yang sudah keras menggesek bibir luar kemaluannya dan gerakan kami seperti orang yang sedang bersenggama. Saya mendorong kebawah, Susi mendorong pula pantatnya yang tembem keatas, saya tarik pinggang saya, dia pun demikian.

Ketika mulut saya sudah mulai menjalar kedadanya dia mulai protes.

“Mardi, kamu nggak boleh kesana sayang, ohh, hh!” desah Susi tapi tangannya sama sekali tidak menutupi dadanya.

Saya menjawab dengan lembut, “Susi sayang, kalau peting cium atau jilatin nenen aja boleh dong, khan nggak kenapa napa?” saya mencoba tawar menawar dengannya.

“Ohh, kamu katanya kelonin aku, kok sekarang kita peting sih? ” rajuknya dengan muka bersemu merah menahan birahi yang terpancar keluar dari tubuhnya. Tanpa menunggu alasan lagi dari si cantik itu langsung mulutku menjilat puting susu yang memerah muda, karena birahi sambil aku menyedot putingnya bagaikan anak kecil yang sedang netek keibunya. Susi menggigit bibir sendiri menahan luapan emosinya yang meletup letup kian besar. Oh nikmatnya tiada tara menjilati dan menyedot susu seorang Susi.

Kaki Susi sudah menyepak kesana kemari membuat daster yang dikenakan tidak bisa menutupi bagian bawahnya. Terus terang sambil menjilat, saya memperhatikan gundukan yang tembem di bawah pusar yang bagai kue apem mumbul dengan sedikit bulu bulu kemaluannya yang menyembul keluar menambah indahnya pemandangan tersebut. Pinggulnya bergerak tak menentu membuat indahnya pemilik gundukan tersebut.

“Hhh, Mardi.. hh enak sayang”, erang Susi.

Mendapat respon seperti tangan saya secara reflek mulai turun menjelajah dari buah dadanya ke bawah perut, mengusap daerah pusar yang rata nan halus, kemudian turun lagi dibawah pusar yang ditumbuhi bulu bulu halus, kemudian meraba daerah selangkangan Susi yang wow bukan main empuknya.

Aku tekan sekali sekali sambil kuremas secara acak. Hal ini menyebabkan gerakan pinggul Susi yang makin panas. Suasana alam puncak pada malam hari yang dingin, tidak dapat membuat tubuh kami berdua kedinginan malah justru sebaliknya. Saya dapat melihat butiran butiran keringat birahi yang menetes dari dahi Susi yang sedang membasahi rambut panjang dan indah itu.

Oh.. aku benar benar makin terbawa emosi birahi yang menggebu. Susi antara sadar dan tidak masih mengingatkan saya,

” Di, kamu nggak boleh buka CD aku yah.. kita khan udah janji cuman peting aja,” katanya sambil menahan sesuatu dalam tubuh yang bergelora.

“Oke Sus, aku buka daster kamu aja yah, liat tuh udah nggak karuan bentuknya sayang,” sahutku mencoba menawar.

Dan berhasil. Susi sendiri yang meloloskan dasternya, dia angkat dari bawah dan dinaikkan lewat lehernya. Berarti keadaan kami sekarang hanya masing masing tinggal celana dalam saja. Kami langsung berpelukan sambil berciuman panjang, oh nikmatnya dapat memeluk Susi dalam keadaan begini. Kulit kami langsung bersinggungan tanpa ada pemisah lagi. Setelah pelukan plus ciuman aku rasa cukup, tanganku mulai bermain ke arah selangkangan Susi dengan mengusap lembut naik turun melewati belahan vaginanya. Dari luar celananya saya bisa merasakan bahwa didalam sudah lembab sekali, tentu banyak cairan yang sudah keluar dari lubang vaginanya. Vagina Susi benar benar tembem aku rasa kalau aku benamkan milikku ke dalamnya pasti nikmat sekali.

Karena Susi menggunakan CD mini yang memang kurang bahan untuk menutupi kemaluannya, jari saya dengan mudahnya dapat melesat masuk melalui samping selangkangan dan bermain di sana, sebentar kemudian keluar lagi tanpa sempat Susi protes pada saya untuk tidak boleh melakukannya. Sesekali jari saya bermain pada bibir vaginanya agak lama setelah dia membuka suara,

“Di, jangan nanti aku keterusan.. ohh,” sambil meliukan pinggangnya bergoyang goyang.

Aku tetap tenang mengelus bahkan saat tangannya ingin mengeluarkan tanganku dari dalam CDnya seluruh jariku masuk dan meremas vagina Susi dengan lembut. Hal ini membuat Susi melenguh keras, dan lupa untuk melarang saya. Sambil tangan-tangan meremas vagina Susi tangan kiri masih terus aktif memerah susu ranum baik yang kiri maupun yang kanan sambil dibantu oleh mulutku untuk mengisap bibir dan salah satu puting susu yang nganggur.

Jari tengahku mulai memainkan aksinya dengan mengilik klitoris Susi. Benar saja, klitoris itu sudah membesar dan basah. Susi menggeliat tak tentu arah sambil mendesah,

“Oh.. Mardi enak sekali sayang, nghh.. kamu udah nggak boleh lebih dari itu ya..”

Ternyata alam sadar Susi masih ada, dia masih ingat bahwa kita hanya boleh peting. Aku berkata sambil berbisik ditelinganya.

“Susi sayang.. CDnya dibuka ya biar kamu nggak kegencet, liat tuh CD kamu kekecilan nggak bisa nampung pantat kamu yang bulat besar sama vagina kamu yang tembem, lagian kamu juga udah basah, khan sayang ntar CDnya jadi lengket.”

Awalnya dia tidak mau, tapi saya katakan lagi.

“Sus.. nggak kenapa napa deh sayang.. khan aku masih pake boxerku, jadi cuman kamu aja yang telanjang, kalau aku tidak.”

Akhirnya Susi setuju, aku loloskan CD mini putih berenda itu, dan kali ini aku benar benar melihat Susi dalam keadaan polos tanpa sehelai benangpun, dengan keadaan birahi tinggi. Bukan main indahnya bentuk vagina Susi, dia mempunyai bulu vagina yang lebat denga bulu-bulu halus semua warna hitam. Bulu-bulu tersebut nampak rapih, karena dalam keadaan lurus tidak keriting seperti wanita kebanyakan. Mulutku mulai menjalankan aksinya, aku mulai menyusuri ke arah pusarnya terus turun dan berhenti tepat dibawah vaginanya.

Susi sedikit jengah dan berkata, “Oh, kamu jangan liat punya kayak gitu dong.. aku kan malu” sambil tangannya mencoba menutupi.

Tapi dengan cepat tanganku menahannya dan langsung bibirku mencium bibir luar vaginanya sambil kuhisap-hisap kedua belah bibir vagina Susi.

Dia benar benar kelojotan,” Ah Mardi, gila kamu, oh.. enak banget, hmm.. oh iya bener gitu sayang.. ohh..”

Aku makin berani kusapukan lidahku naik turun sambil tak lupa klitoris yang sebesar kacang tanah itu aku emut emut dan didalam bibirku aku kedut kedutkan. Lidahku mulai merangsek masuk ke dalam lubang vagina Susi yang memang benar benar sudah basah. Wangi semerbak yang tercipta karena napsu biharinya membuat aku makin berlipat ganda untuk keinginan menyetubuhinya. Dalam keadaan yang gamang tersebut kepala Susi tersentak kekiri dan kekanan menahan luapan cinta yang tak kunjung reda, aku diam-diam melepas celana boxerku sambil bibir tak lepas dari vaginanya.

Cukup mudah untuk melepas celan boxerku karena memang celana dalam dengan kondisi longgar. Satu kali tarik dengan tangan kiri, lolos sudah dan aku sudah telanjang bulat bersama Susi, tanpa dia sadari. Aku bisa melihat dan merasakan Susi hampir sampai titik orgasme, dan aku mulai dengan menuntun batang kemaluanku yang sudah siap tempur dengan topi baja yang mengkilap. Kedua belah kaki Susi aku lebarkan sambil tangan kiriku mempermainkan klitorisnya dengan ibu jari dan tangan kananku mengarahkan batang kemaluanku ke lubang vagina Susi.

Susi masih antara sadar dan tidak ketika kepala penisku bertemu dengan lubang depan yang merah menganga. Kepala penis langsung seperti kena hisap alat yang kuat oleh lubang vagina Susi. Susi mulai merasa aneh karena dia merasakan lain, bukan jari tanganku dan bukan bibirku yang bermain di kemaluannya.

Dengan sedikit membuka mata dia melihatku. Aku tidak mau dia nanti memberontak menolak keadaan ini, langsung aku peluk dia sambil sedikit aku goyangkan tanpa aku mendorong masuk ke dalamnya. Cukup kepala penis saja yang terjepit di dalam vagina Susi.

Susi melotot kearahku dan dia berbicara dengan suara serak,

“Mardi.. kok kamu masukin, khan kita udah janji sayang cuman peting, nggak boleh begini dong.” Namun dalam bahasa tubuhnya pinggul dia tetap mengimbangi gerakanku yang naik turun menggesek vaginanya.

“Susi.. aku cuman masukin kepalanya aja sayang, kamu juga ngerasainkan?”

Tambahku, “Itu juga udah cukup buat kita, lagi nggak usah dimasukin semua.. kamu enak khan digini’in?” sambil aku goyang kekiri dan kekanan. Kepala penisku benar benar dijepit erat oleh vagina Susi .
Susi merem melek keenakan, dan tangan Susi akhirnya memelukku dan mengimbangi gerakanku. Baru aku tahu kalau dalam keadaan begini Susi benar benar dapat berkata vulgar, karena tiba tiba dia berkata,

“Di, penis kamu enak banget sih hangat kena vagina Susi.”

“Oh, Susi ini mah nggak seberapa sayang,” kataku.

Setelah kurang lebih tiga menit kami seperti itu, aku merasakan pantat Susi menaik lebih tinggi, seakan akan ingin merasakan lebih batangku. Maka akupun mulai sedikit demi sedikit mendorong lebih dalam, ternyata makin panas gerakan kami berdua, dan walhasil seluruh batangku terbenam di dalam vagina Susi Dan aku rasa Susi pun mengetahui hal itu, dan dia mulai meracau lagi,

“Oh Ardi.. enak banget penis kamu masuk semua ke dalem vaginaku sayang.. hh”

“Ohh, Di.. dorong lagi biar makin dalem sayang..”

Bukan main, aku makin nafsu saja mendengar erangan dan kata-kata vulgarnya. Aku pun tidak mau kalah sambil memompa aku bertanya,

” Susi.. penis Mardi lagi ngapain vaginanya Susi sayang?”

“Hhh, skh.. hh penis kamu lagi ngentotin vagina aku sayang,” sambil Susi meremas pantatku gemas.

Aku pura pura tidak mendengar ingin dia mengulang lagi kata katanya,

“Ha.. lagi ngapain sayang?”

“Lagi dientot sayang..ohh nikmatnya..”

Aku bertanya lagi, “Emang Susimau dientot ama Mardi?”

Susi menyahut,”Iya sayang Susi ketagihan nih mengentot sama kamu, abis penis kamu mantap, nikmat, enak rasanya.”

Sambil begitu saya benar-benar merasakan jepitan-jepitan halus dari dinding vagina Susi. Benar benar wanita yang tercipta sempurna untuk bersenggama. Lubang vaginanya mempunyai jepitan yang kuat dengan variasi batang kemaluanku di dalam seperti dirayapi oleh jutaan semut, jadi seperti terkena setrum kecil, tapi hangat dengan sebentar-bentar vagina tersebut mencucup kembang kempis menyedot seluruh batang kemaluanku.
Setelah lebih 20 menit kami bersenggama dengan ucapan ucapan vulgar, Susi sudah hampir mendekati klimaksnya.

“Ayo Mardi, aku udah mau keluar, entot terus aku iya teken biar kena klitorisku oh.. benar begitu sayang.. aduh, enak bener ngentot ama kamu.”

Gila juga nih perempuan, kalo dalam keadaan birahi begini omongannya jadi vulgar seperi ini. Akupun merasakan intensitas kedutan vagina Susi makin tinggi, dan sepertinya akupun ingin melepaskan kenikmatan bersama Susi sayangku.

“Oh, Sus.. enak banget vagina kamu ada empot ayamnya sayang, rasanya legit, rapet, peret, oh, aku mau klimak sayang, gimana nih didalam atau diluar,” kataku dalam keadaan yang kejang kejang nikmat.

Lalu dijawab oleh Susi, “Didalem aja Mardi biar enak, aku juga mau ngerasain disemprot ama penis kamu, dan mungkin besok lusa ada dapet haid, jadi aman,” desah Susi yang juga menahan amukan dalam gelora birahi yang siap meledak beberapa saat lagi.

Akhirnya aku merasakan batang kemaluanku diremas kuat sekali oleh otot vaginanya, gerakan pinggul Susi terhenti, sambil pantatnya ditinggikan aku mengocok sedikit memberikan nuansa lain dalam vaginanya, lagi Susi menggeram dan..

“Oh sayang aku klimaks, ouh.. ahh. nggh ahh enak.. enak hh..”

Aku pun tak tahan penisku diremas dan disedot oleh vagina Susi, dengan satu dan dua kali sentakan penisku menyemportkan sperma jauh langsung masuk kedalam rahim Susi, dan yang semportan kedua tak kalah nikmatnya. Gerakan kami seperti begitu kompak, ketika aku menyemprotkan sperma, vagina Susi menyedot kencang hingga kami berdua merasakan nikmat senggama yang sangat indah.

Puas aku selesai klimaks dan begitu juga Susi, ketika aku ingin melepas penisku, Susi mencegahnya.

“Biarin didalam dulu sampe ngecil dan keluar sendiri yah.”

Akhirnya kami berbaring menyamping dengan keadaan kemaluan kami masing-masing masih menyatu, masih dapat aku rasakan kedutan dalam vagina Susi namun sudah melemah, dan batangku mulai berangsur-angsur mengecil dan akhirnya lepas dengan sendirinya dari vagina Susi.

Waktu sudah menunjukan pukul 1 pagi, setelah kami selesai mandi berdua di dalam bathup, dan ketika aku mau kembali ke kamarku Susi menahannya, dan dia minta sekali lagi untuk bermain cinta. Akupun melayaninya. Katanya mumpung ada waktu. Ronde kedua kami lakukan lebih hot lagi karena yang kedua dilakukan tanpa takut-takut seperti yang pertama, dan kami akhiri dengan klimaks bareng dengan sempurna.

Sepulangnya dari puncak, hubunganku dengan Susi makin hangat, tapi kami selalu menutupi di kantor dengan berpura pura bahwa antara kami tidak ada hubungan apa-apa hanya sebatas teman kerja. Padahal kalau ada waktu di kantorpun kami peting. Saya berkerja di bagian komputer, Susi bagian Settlement. Kalau salah satu dari kami ingin dipeluk, maka kami memberikan kode untuk menuju ruang komputer yang tidak ada orang, kemudian kami ketempat yang paling pojok supaya aman dan berpelukan. Biasanya kami berpelukan sambil mengusap usap apa yang perlu diusap, biasanya saya meremas gemas pantatnya, dan meremas lembut buah dadanya, sambil dibarengi dengan ciuman bibir dengan sedikit panas. Setelah kami puas, Susi biasanya keluar lebih dulu dari ruang komputer, dan tidak lama kemudian baru saya.

Rasa ingin bersenggama dengan Susi demikian besar, begitu juga Susi yang ingin sekali bercinta dengan saya. Akhirnya saya mencari kost-kost’an yang dekat dengan kantor yang fungsinya kalau istirahat makan siang kami dapat mencuri waktu berdua kekost’an saya dan kami berdua saling melepas hasrat terpendam dan setelah selesai kami dapat dengan cepat kembali ke kantor, dan untuk makan siang kami membiasakan ngemil di kantor, jadi tidak begitu lapar.

Demikianlah cerita saya, yang sekarang Susi sudah meninggalkan saya karena dia mendapat pekerjaan baru dan sudah menikah dengan pilihannya yang tepat. Saya masih ngekost namun sudah tidak ada Susi yang menemani.
Share this article :
 

Post a Comment

JINPOKER.COM