Cerita Seks
Home
JINPOKER.COM
Daftar
JINPOKER.COM
Referral
JINPOKER.COM
Jackpot
JINPOKER.COM
Bantuan
JINPOKER.COM
JINPOKER
JINPOKER.COM
Home
skip to main
|
skip to sidebar
CERITA SEKS ISTRIKU MENJADI BUDAK SEKS
WWW.JINPOKER.COM, - AGEN POKER dan DOMINO ONLINE TERPERCAYA
WWW.JINPOKER.COM, - AGEN POKER dan DOMINO ONLINE
Cerita dewasa sensasiku melihat istriku bercinta dengan orang lain, Cerita ini bermula ketika aku dan istriku sudah membina rumah tangga selama 2 tahun. Aku bernama Johan dan Istriku bernama Icha, umurnya saat ini 27 tahun, berwajah cantik, kulitnya putih, tinggi badan sekitar 165cm, rambutnya sedikit lebih panjang dari bahu. Kehidupan kami berumah tangga sangatlah baik, kami termasuk keluarga yang mapan. Sebagai istri, Icha adalah istri yang baik, ia adalah seorang wanita yang alim dan sopan. Untuk urusan ranjang, Icha dapat dikatakan bukanlah seorang ahli, laki-laki pertama yang menidurinya adalah aku yaitu pada saat malam pengantin kami. Dua tahun kehidupan perkawinan kami berjalan baik-baik saja, kami belum mempunyai keturunan, mungkin kekurangannya adalah kehidupan seks kami terlalu biasa-biasa saja. Cerita dewasa lainnya bisa dibaca hanya di pusat cerita dewasa di ceritaseksjinpoker.blogspot.com
Kami mungkin hanya berhubungan badan sekali dalam 2 minggu dan itupun hanya dengan cara yang sangat konvensional yaitu posisiku di atas dan dia di bawah. Icha tidak menyukai atau bahkan dapat dikatakan tidak mau dengan gaya lain selain gaya konvensional tersebut. Entah kenapa setelah 2 tahun berumah tangga, pada waktu berhubungan badan dengan Icha, aku selalu membayangkan Icha sedang disetubuhi laki-laki lain, dan hal tersebut terus berulang sampai-sampai pada saat sedang tidak berhubungan badanpun dengan Icha. aku selalu memikirkan bagaimana rasanya melihat Icha disetubuhi laki-laik lain. Aku bekerja di sebuah perusahaan multi-nasional, bosku adalah seorang warga negara China, umurnya sekitar 59 tahun, badannya sangat gemuk dan kepalanya sudah mulai botak, hanya tinggal rambut-rambut tipis menutupi bagian kepala belakangnya. Bosku ini, namanya Lim sangatlah baik kepadaku, dapat dibilang akulah tangan kanannya di Indonesia. Orangnya suka bergurau masalah-masalah seks. Lim sering sekali menanyakan kabar Icha, memang sudah beberapa kali Lim bertemu dengan Icha dalam acara-acara kantor, terlihat sekali dia sangat tertarik pada Icha yang memang sangat cantik dan menggiurkan banyak laki-laki. Suatu ketika Lim menanyakan kehidupan rumah tanggaku, seperti biasa dia menanyakan kabar Icha dan menanyakan mengapa sampai saat ini kami belum mempunyai keturunan dan apakah hal tersebut disengaja karena memang belum menginginkan keturunan. Mendengar pertanyaan tersebut, akupun menjawab bahwa sebenarnya aku danIcha menginginkan keturunan tapi memang belum berhasil mendapatkannya.
“Mungkin cara kamu salah Jo, berapa kali kamu berhubungan badan dengan istrimu dalam seminggu” Tanya Lim kepadaku.
“Yah sekitar sekali dalam 2 minggu dan pada saat istriku dalam keadaan subur” jawabku singkat.
“Waah, mungkin kamu harus periksa ke dokter tuh, dokter ahli kandungan dan dokter ahli jiwa. Kenapa ke dokter ahli jiwa? Karena kamu punya istri cantik tapi hanya ditiduri sekali dalam 2 minggu atau pada saat subur saja. Kalau Lim itu istriku, pasti aku tiduri dia tiap hari dan berkali-kali” candanya kepadaku.
Mendengar hal tersebut, entah setan apa yang menghinggapi diriku, timbul sebuah ide dalam benakku.
“Mr. Lim mau tidur dengan istriku? Bilang saja terus terang” celotehku.
Mendengar perkataanku muka Lim terlihat kaget dan tidak percaya.
“Kalau saya bilang sangat mau bagaimana?” katanya memancingku.
“Ya boleh saja” sahutku.
Kemudian aku menceritakan kepada Lim bahwa akhir-akhir ini aku selalu membayangkan aku menyaksikan Icha ditiduri laki-laki lain, dan aku juga menjelaskan bahwa mungkin pikiranku ini hanya akan jadi khayalan semata mengingat betapa alimnya Icha. Ternyata gayung bersambut. Lim menjelaskan dan meyakinkan kepadaku bahwa sebenarnya tidak ada wanita yang alim dalam seks, wanita hanya memerlukan pancingan dan pengaturan “permainan” dari laki-lakinya untuk membangkitkan nafsu yang ada dalam dirinya. Lim kemudian mengatakan bahwa dirinya akan dengan senang hati membantu khayalanku menjadi kenyataan kalau memang aku mempercayainya. Mendengar itu akupun langsung mengiyakan. Lim kemudian memastikan lagi apakah aku tidak akan apa-apa kalau dirinya meniduri Icha dan menanyakan apakah aku meminta imbalan sesuatu dari dirinya agar dia diperbolehkan meniduri Icha. Aku menjawab bahwa aku tidak meminta apa-apa, aku hanya minta diperbolehkan untuk melihat dan menonton Lim meniduri Icha.
“Hahaha…rupanya kamu sudah ingin sekali melihat istrimu ditiduri laki-laki lain ya” candanya kepadaku.
“Ya begitulah”, jawabku singkat.
“Oke, kalau begitu jumat depan bawa istrimu ke villa xxx di puncak pada pukul 8.00 pm” sahut Lim sambil menunjukan ancer-ancer dimana villa itu berada.
Pukul 8 malam aku dan Icha telah berada di depan villa yang dimaksud oleh Lim. Icha memakai gaun malam panjang. Wajahnya terlihat sangat cantik dengan sapuan make-up tipis. Badannya tetap terlihat menawan meskipun ditutupi oleh gaun malam yang panjang. Seorang pelayan yang rupanya bertugas menyambut tamu mempersilahkan kami masuk ke ruang tengah. Villa tersebut sangatlah besar ditengah perkebunan teh dengan halaman belakang dengan kolam renang dan jacuzzi. Ruang tengah villa tersebut sangatlah besar dan telah disulap menjadi diskotik dengan lagu house music yang berdentum keras. Sudah banyak tamu lain baik wanita maupun laki-laki yang telah datang lebih dahulu daripada kami. Semua tamu kelihatannya adalah teman-teman Lim, mereka adalah sesama pengusaha China daratan yang ada di Indonesia, rata-rata mereka berusia di atas 50 tahun. Aku tidak melihat satupun rekan kerjaku di kantor yang datang, mungkin karena memang tidak diundang. Melihat kami, Lim menyambut aku dan Icha dengan ramah. Lim kemudian mempersilahkan kami menikmati pesta yang diadakannya dan menjelaskan kepada kami bahwa pesta ini diadakan untuk networking sesama pengusaha China daratan di Indonesia. Kemudian Lim meninggalkan aku dan Icha, kami segera pergi untuk memesan minuman langsung ke bar di pojok ruang tengah. Kamipun menuju bar untuk memesan minuman. Icha memesan segelas jus buah dan aku segelas bir, dan kamipun menikmati pesta tersebut dan berbincang-bincang dengan tamu-tamu yang lain. Sekitar satu jam kemudian, yaitu tidak beberapa lama setelah Icha menghabiskan jus buahnya, aku melihat terjadi perubahan pada diri Icha. Icha mulai menikmati lagu house music di ruangan tersebut dan mulai menggerakan badannya mengikuti alunan house music. Lim kemudian mendekati kami dan mengajak Icha ke dance floor. Icha tanpa meminta ijin dariku mengikuti Lim ke dance floor dan mulai menari dan berdansa dengan Lim. Aku melihat teman-teman Lim baik wanita dan laki-laki semuanya mendekat kepada Lim dan Icha dan kemudian menari bersama. Sedangkan aku hanya duduk disofa dan menonton sambil meminum birku. Pesta berlangsung meriah, tidak terasa 3 jam sudah berlalu. Icha masih menari dan berdansa dengan tamu-tamu lainnya. Aku melihat sudah beberapa gelas minuman yang ditawarkan kepada Icha dan dihabiskannya. Kemudian 3 tamu wanita mengajak Icha ke lantai atas villa, aku berusaha mengikuti tapi tiba-tiba tangan Lim mencegahku di kaki tangga menuju lantai atas.
“Biarkan saja, kamu harus mengikuti semua arahan saya kalau mau rencana kita berjalan lancar” kata Lim kepadaku.
2 jam telah berlalu semenjak Icha naik ke lantai atas villa, tamu-tamu sudah banyak yang pulang, ketika tiba-tiba Lim memanggilku.
“Ayo ke atas” ajak Lim kepadaku. Akupun mengikuti Lim ke lantai atas bersama 4 tamu pria yang lain yang aku tidak tahu namanya.
Di lantai atas, Lim membimbing kami ke dalam sebuah kamar. Kamar tersebut sangatlah besar lengkap dengan segala furniture mewah, dan tepat ditengah kamar terdapat tempat tidur king size dengan sprei berwarna merah marun dengan TV LCD yang sangat besar menempel di dinding dan menghadap ke tempat tidur tersebut. Sebuah connecting door yang tertutup telihat di salah satu sisi ruangan itu menandakan kamar tersebut tersambung dengan kamar yang lain. Icha dan 3 tamu wanita sudah berada di kamar tersebut, mereka sedang berbincang-bincang dengan akrab.
“Nah, ini kamar buat Johan dan Icha, yang lain ayo ikut saya, akan saya tunjukan kamar masing-masing” kata Lim sambil mempersilahkan tamu-tamu yang lain keluar dari kamar itu.
“Selamat malam dan selamat tidur, besok kita pulang ke Jakarta” kata Lim kepadaku dan Icha sambil meninggalkan kami berdua di kamar tersebut.
Aku tidak tahu apa rencana Lim jadi aku hanya mengikuti saja apa yang diinstruksikannya. Setelah membersihkan badan, aku dan Icha pun naik ke tempat tidur. Beberapa saat kami mencoba tidur namun tidak bisa. Aku masih bingung dengan apa yang akan terjadi, mengapa Lim tidak melakukan apapun juga, sedangkan Icha terlihat gelisah tidak tahu apa penyebabnya. Tiba-tiba Icha memalingkan wajahnya kepadaku dan memelukku. Tanpa berkata apa-apa dia menciumku dan aku balas ciumannya.
Beberapa saat kami berciuman, Icha berkata “Buka bajunya Jo, aku kepengen nih”.
Sedikit kaget aku melihat Icha menjadi agresif, tidak biasanya Icha mengajak aku melakukan hubungan badan, biasanya aku yang selalu mengajaknya.
“Mungkin ini akibat minuman yang diberikan Lim di pesta” pikirku.
“Mungkin ini ada kaitannya dengan rencana Lim” pikirku lagi.
Maka akupun menuruti apa yang diinginkan Icha. Akupun melepaskan seluruh pakaianku dan kemudian aku melepaskan seluruh pakaian Icha sehingga kami berdua telanjang bulat. Aku dan Icha berciuman, berpelukan dan melakukan foreplay, namun meskipun telah beberapa saat melakukan foreplay, aku menyadari sesuatu hal yang aneh, kemaluanku tidak dapat berdiri dan mengencang.
“Ini pasti karena bir yang diberi oleh Lim, dia pasti mencampur sesuatu pada birku” pikirku dalam hati.
Kami mencoba segala macam gaya foreplay, namun meskipun sudah lebih dari 1 jam tetap kemaluanku tidak dapat berdiri.
Icha terus mencoba membangunkan kemaluanku, namun tetap tidak berhasil. Raut frustasi nampak di wajahnya. Terlihat sekali Icha ingin berhubungan badan, gejolak dalam dirinya sudah tidak tertahankan lagi, namun keinginannya tidak dapat terpenuhi karena kemaluanku tidak bisa berdiri dan mengeras. Kami terus mencoba, namun tetap tidak berhasil. Wajah Icha semakin terlihat frustasi, namun nafsu seksnya masih menggebu-gebu bahkan aku lihat tiap menit semakin bertambah. Tiba-tiba connecting door kamar kami terbuka dan Lim masuk ke dalam kamar kami dengan hanya menggunakan jubah tidur. Aku dan Icha sangat kaget. Icha langsung menyembunyikan tubuhnya di bawah selimut.
“Maaf, mungkin saya bisa membantu kalian” kata Lim tiba-tiba.
“Pak Lim, harap keluar dari kamar kami” sahut Icha dengan sedikit membentak.
Lim bukannya keluar kamar kami, tapi malah duduk dipinggir tempat tidur kami dan berkata “Saya melihat suamimu sedang dalam masalah, saya hanya ingin membantu”
“Apa maksudnya? Jangan kurang ajar!” sahut Icha dengan keras.
“Tenang, saya hanya ingin membantu. Kita akan berpesta malam ini” kata Lim tegas.
Aku melihat Icha sedikit takut mendengar bentakan Lim.
“Coba kita tanya suamimu apa pendapatnya” bentak Lim lagi kepada Icha.
Aku sekarang menyadari inilah rencana Lim untuk dapat meniduri Icha. Dan aku ingin sekali melihat Icha ditiduri pria lain, maka akupun mengikuti permainan Lim.
“Terserah apa maunya Pak Lim, kami akan menuruti” kataku kepada Lim.
“Jo, aku tidak mau, apa-apan in….” Audrey belum menyelesaikan kata-katanya, tiba-tiba Lim menarik selimut yang menutupi tubuh Icha dan dengan cekatan tangan kanannya memegang kedua tangan Icha dan menariknya ke atas kepala Icha, sedangkan tangan kirinya menangkap kedua kaki Icha.
Lim kemudian memerintahkanku untuk memegang pergelangan kedua kaki Icha dan membukanya lebar-lebar. Akupun menuruti sehingga posisi Icha sekarang tiduran dalam dalam bentuk menyerupai Y terbalik.
“Jo, jangan bantu dia tapi bant…..uuggghhh…..” terhenti kata-kata Icha ketika Lim mulai menciumi kedua payudaranya berukuran pas sesuai dengan ukuran badannya, sedangkan tangan kiri Lim yang bebas sudah menggerayangi vagina Icha.
“Mmmhh… saya tahu kamu sudah nafsu berat, jangan melawan, nikmati saja” bisik Lim kepada Icha sambil terus menjilati kedua payudara Icha.
“Jo, apa yang kamu lakukan” desah Icha sambil memandang sayu kepadaku.
Aku tidak menjawab atau lebih tepatnya pura-pura tidak mendengar. Terlihat dimuka Icha bahwa dia sudah sangat terangsang karena ciuman dan jilatan-jilatan Lim dikedua payudaranya serta tangan kiri Lim yang memainkan klitorisnya. 15 menit diperlakukan demikian oleh Lim, Icha mulai mengeluarkan erangan-erangan dan rintihan-rintihan pelan, perut dan pinggangnya mulai bergerak mengikuti irama permainan jari lim di klitorisnya. Mata Icha semakin sayu, matanya mulai merem melek. Kemudian Lim menghentikan ciumannya di kedua payudara Icha dan berkata “Gimana Jo, kamu lihat sendiri istrimu mulai menikmatinya”
“Sebentar lagi dia akan menikmati malam yang paling menakjubkan bagi dirinya” tambah Lim sambil tetap memaikan klitoris Icha dengan jarinya.
“Coba kamu pangku istrimu di pinggir kasur, pegang dan buka kakinya lebar-lebar. Aku ingin menikmati vagina istrimu yang sudah basah ini” perintah Lim kepadaku kemudian.
Aku menuruti apa yang diperintahkan Lim. Aku angkat Icha dan aku duduk dipinggir kasur sambil memangku Icha. Aku pegang dan buka kaki Icha lebar-lebar sehingga sekarang Icha posisinya dipangku olehku dan mengangkang lebar sehingga menyerupai huruf “M”. Icha sudah tidak melawan lagi, tubuhnya yang lemas menuruti apa yang aku lakukan terhadapnya. Icha hanya memandangku sayu tanpa berkata apa-apa lagi. Kemudian Lim berlutut dilantai dipinggir kasur. Lim memandang Icha dan berkata
“Wow indah sekali vaginamu Icha, pasti banyak laki-laki yang ingin memcobanya”.
Icha hanya memandang Lim dengan sayu dan tidak menjawab. Lim kemudian mulai menjilati vagina Icha yang disertai erangan dari Icha. Icha hanya bisa memandang Lim menjilati vaginanya, Icha mulai menggigit bibirnya sendiri tanda dia makin terangsang, kadang-kadang dia memandangku seakan-akan untuk memastikan bahwa aku tidak apa-apa kalau dia terangsang oleh pria lain. Kemudian tangan Lim membuka vagina Icha dengan tangan kirinya. Hal ini membuat Icha yang sedang memandang sayu kepadaku kaget dan melihat ke bawah kearah vaginanya.
“Jangan…” desah Icha pelan.
“Tenang cantik… ini akan enak sekali” sahut Lim dengan kasar dan tegas.
Kemudian Wen memasukkan kedua jarinya ke dalam vagina Icha dan menggerakkannya keluar masuk dan memutar disertai jeritan kecil Icha. Lalu kembali menjilati vagina Icha dan memainkan klitoris Icha dengan lidahnya tanpa menghentikan kegiatan jarinya di vagina Icha.
Erangan-erangan dan rintihan-rintihan Icha semakin keras, badan dan pinggulnya bergerak mengikuti permainan Lim di vaginanya. 15-30 menit diperlakukan demikian oleh Lim, Icha terlihat mulai mendekati orgasmenya, erangannya semakin keras, goyangan badannya juga semakin keras dan tidak beraturan. Sampai pada akhirnya tubuh Icha mengejang hebat,
“UUUGGGHHHHH…….” erang Icha keras menandakan dia mengalami orgasme yang hebat. Cairan keluar dari vaginanya, cairan tersebut sedikit memuncrat. Tidak pernah kau melihat Icha mengalami orgasme yang sedemikian hebat, apalagi hanya karena dijilati vaginanya. 3 menit lamanya Icha dipuncak orgasme. Namun anehnya setelah orgasmenya berlalu Icha tidak lemas, matanya malah berbinar dan wajahnya tersenyum nakal kepada Lim.
“Istrimu sudah siap disetubuhi. Obat yang saya berikan dalam minumannya bekerja dengan baik dan cocok untuk dirinya. Istrimu siap untuk bersetubuh sepanjang malam. Setiap habis orgasme badannya akan terasa semakin segar dan nafsu seksnya semakin menggila” kata Lim menjelaskan kepadaku karena melihat aku heran dengan keadaan Icha.
“Sekarang kamu, duduk saja di sofa itu dan menonton istrimu kusetubuhi. Aku lihat kemaluanmu mulai bisa bangun lagi, artinya obat yang kucampur di birmu mulai hilang, sehingga kamu bisa menikmati tontonan yang akan aku dan istrimu berikan spesial untukmu” perintah Lim kepadaku.
Aku menuruti Lim dan pindah ke sofa di samping tempat tidur. Lim mengangkat tubuh Icha dan menelentangkannya di tengah tempat tidur. Lim kemudian melepaskan baju tidurnya. Ternyata di balik baju tidur tersebut Lim sudah tidak mengenakan apapun lagi, sehingga sekarang Lim dan Icha berdua telanjang bulat di kasur. Icha terlihat kaget melihat penis Lim. Penis Lim sangat besar, panjang, tebal dan berurat. Kemudian Lim mendekati kepala Icha. Lim berlutut mengangkangi muka Icha. Tangan kirinya mulai meraih vagina Icha. Icha merasa ada tangan di vaginanya langsung membuka kakinya lebar-lebar. Lim mengarahkan penisnya yang besar ke mulut Icha, dan Icha pun tanpa diperintah membuka mulutnya lebar-lebar, dan Lim kemudian mulai memasukkan kemaluannya yang besar keluar masuk mulut Icha yang mungil. Terlihat mulut Icha kesulitan untuk menerima penis yang besar itu, namun Lim dengan sedikit kasar memaksakan penisnya keluar masuk mulut Icha. Terlihat mulut Icha penuh oleh penis Lim. Icha kelihatan kepayahan namun tetap berusaha mengikuti maunya Lim. Kemudian Lim memerintahkan Icha menjulurkan lidahnya keluar dengan tetap membuka mulutnya, dan Icha menuruti apa maunya Lim, sehingga sekarang penis Lim keluar masuk mulut Icha dan lidah Icha menjilati batang penis Lim.
Sungguh suatu hal yang menakjubkan yang terjadi di depan mataku. Icha yang biasanya paling tidak mau melakukan oral seks sekarang menuruti kemauan pria tua gendut yang sebenarnya tidak begitu dikenalnya. 10 menit kemudian penis Lim sudah terlihat sangat kencang, kemudian Lim menurunkan badannya dan mengarahkan penisnya ke vagina Icha. Mengetahui apa yang akan dilakukan Lim, Icha membuka makin lebar kedua kakinya. Lim kemudian dengan perlahan memasukkan penisnya yang besar ke dalam vagina Icha secara perlahan. Icha terlihat menahan sakit ketika penis Lim mulai memasuki vaginanya, namun raut mukanya segera berubah menjadi raut muka takjub ketika penis Lim telah seluruhnya masuk ke vaginanya. Mungkin Icha tidak menyangka vaginanya dapat menampung seluruh penis Lim yang sangat besar dan panjang itu. Setelah penis Lim masuk seluruhnya ke dalam vagina Icha, Lim tidak langsung menggenjotnya, namun Lim menunggu beberapa saat agar Icha terbiasa dengan penisnya yang besar di dalam vaginanya. Satu menit kemudian Lim mulai menggerakkan penisnya keluar sampai hanya tinggal kepala penisnya di dalam vagina Icha, kemudian Lim memasukkan seluruh penisnya kembali secara perlahan ke dalam vagina Icha dan hal tersebut dilakukannya berulang-ulang dengan menambah tempo iramanya makin lama makin cepat.Icha terlihat sangat menikmati permainan dan gerakan Lim, matanya berbinar, erangan-erangan kecil keluar dari mulutnya yang mungil, pinggulnya bergerak mengikuti irama permainan Lim dan kadang-kadang Icha menciumi dada Lim yang ditumbuhi bulu sangat lebat itu. Tempo permainan dan genjotan penis Lim di dalam vagina Icha semakin cepat, racauan Icha semakin kencang, matanya merem melek menikmati genjotan-genjotan penis Lim di vaginanya. Lim yang mengetahui Icha sangat menikmati persetubuhannya makin mempercepat gerakannya. Lim menciumi, menjilati dan sedikit menggigit puting kedua payudara Icha secara bergantian. Icha diperlakukan demikian semakin hanyut dalam nafsu birahinya, racauannya semakin keras lagi, mulutnya terbuka, matanya terpejam dan kedua tangannya meremas-remas sprei tempat tidur. 20 menit kemudian tubuh Icha, mulai mengejang, tanda dia akan mengalami orgasme yang hebat.
“Terus…terus…jaaanngaan berheen..ti” teriakan kecil keluar dari mulut Icha.
Kemudian badannya mengejang hebat sampai badannya melengkung ke belakang, kedua kakinya diapitkan di pinggul Lim dan kedua tangannya merangkul leher Lim dengan kencang.
“OOOOhhhhh……” lolong Icha ketika dia dipuncak orgasmenya, dan kemudian badannya sedikit melemas dan Icha langsung menciumi bibir Lim dan mereka berdua berciuman dengan ganasnya, lidah Icha dan lidah Lim saling berpautan, hal yang tidak pernah dilakukan Icha terhadapku.
Melihat adegan live Icha dan Lim membuat penisku menegang dengan keras. “Akhirnya kahayalanku menjadi kenyataan” pikirku dalam hati.
Setelah beberapa menit berciuman, Lim kemudian memindahkan posisi Icha sehingga Icha sekarang tiduran sambil menyamping menghadap ke arah diriku di sofa. Tanpa memgeluarkan penisnya dari vagina Icha. Lim memindahkan tubuhnya ke belakang Icha sehingga sekarang mereka berdua tidur menyamping menghadap diriku dengan Icha didepan dan Lim di belakangnya. Lim kemudian melanjutkan genjotan penisnya yang sangat besar itu di vagina Icha. Tangan kiri Icha dilipatnya ke belakang sehingga tangan kiri Lim dapat dengan bebas memijat-mijat kedua payudara Icha. Lim menggenjot penisnya dalam vagina Icha dengan cepat, tangan kirinya bergantian memijat kedua payudara icha dan klitoris Icha. Icha kembali tenggelam dalam nafsu seksnya, matanya terlihat sayu, mulutnya terbuka sedikit dan tanpa sadar Icha mengangkat kaki kirinya ke atas, sehingga terlihat olehku vaginanya yang mungil penuh sesak oleh penis Lim yang besar dan panjang itu. Sekitar 40 menit Lim telah menyetubuhi Audrey dengan gaya menyamping, gerakan-gerakannya semakin ganas. Icha tergoncang-goncang dengan hebatnya, racauan-racauan Icha sudah berubah menjadi terikan-teriakan kenikmatan. Gelombang demi gelombang orgasme melanda Icha, namun Lim masih dengan semangatnya menyetubuhi Icha dan belum ada tanda-tanda bahwa Lim akan orgasme, sedangkan aku saja sudah dua kali mengalami orgasme melihat Icha disetubuhi oleh Lim dengan ganasnya. Lim yang belum puas dengan Icha kembali mengubah posisi Icha lagi. Kali ini Icha dimintanya tengkurap menungging dengan kepala menghadap diriku di sofa, dan kemudian Lim menyetubuhi Icha dengan gaya doggy style, hal mana yang belum pernah dilakukan oleh diriku dan Icha karena Icha selalu menolaknya, namun dengan Lim, Icha dengan senang hati menurutinya. Lim menggenjot vagina Icha dari belakang dengan tempo yang berubah-ubah, kadang cepat sekali dan secara tiba-tiba memelankan genjotannya seperti slow motion dan kemudian cepat lagi. Hal ini membuat Icha semakin tidak bisa mengontrol dirinya, kepalanya tertunduk dan bergerak ke kanan kiri tidak beraturan. Tangan Icha kembali meremas-remas sprei tempat tidur dengan kencangnya, racauan-racauan dan teriakan-teriakan Icha semakin membahana di kamar itu.
Kemudian tangan kiri Lim meraih rambut Icha, menjambaknya dan menariknya ke belakang sehingga kepala Icha mendongak ke atas. Genjotan penis Lim dalam vagina Icha masih dalam tempo yang berubah-ubah, tangan kanan Lim kadang-kadang menampar kedua pantat Icha bergantian. Kepala Icha terdongak ke atas, kedua matanya terpejam rapat dan mulutnya terbuka lebar. Icha sudah tidak dapat lagi bergerak mengikuti permainan Lim, tubuhnya hanya tergoncang-goncang keras karena sodokan-sodokan penis LIm ke dalam vaginanya. Gelombang-demi gelombang orgasme kembali melanda Icha. Setiap mengalami orgasme tubuh Icha mengejang untuk beberapa menit dan dari vaginanya sedikit memuncratkan cairan kewanitaannya, hal mana tidak pernah terjadi apabila Icha bersetubuh denganku. Setiap setelah mengalami orgasme, tubuh Icha terlihat melemas untuk beberapa saat, namun tidak lama kemudian terlihat tubuh Icha menjadi segar kembali dan siap menerima genjotan-genjotan ganas penis Lim yang besar di dalam vaginanya. “Ini pasti karena obat yang diberikan Lim dalam minuman istriku” pikirku dalam hati melihat stamina Icha yang sangat kuat malam itu. Kedua tangan Lim kemudian meraih kedua tangan Icha dan menarikanya ke belakang, sehingga tubuh Icha sedikit terangkat ke atas dengan kedua lututnya masih bertumpu pada kasur, dan Lim menggerakan penisnya yang besar keluar masuk secara pendek-pendek dan dalam tempo yang sangat cepat pada vagina Icha. Teriakan-teriakan nikmat Icha semakin gencar karena diperlakukan demikian, mata Icha masih tertutup rapat dengan mulut terbuka lebar.
“Buka matamu Icha dan pandang suamimu!” perintah Lim dengan tegas.
Icha menuruti apa yang diperintahkan Lim sehingga Icha sekarang melihat diriku duduk di sofa sambil bermastrubasi.
“Lihat Icha, suamimu sangat menikmati melihat kamu disetubuhi pria lain” sahut Lim kepada Icha.
“Kamu suka disetubuhi pria lain?” Tanya Lim kepada Icha.
Icha tidak menjawab, mungkin dia malu, namun raut wajahnya tidak bisa membohongi diriku. Terlihat sekali dia sangat menyukai dan menikmati persetubuhannya dengan Lim.
“Jawab!!!” hardik Lim dengan tiba-tiba kepada Icha sambil mempercepat genjotan penisnya dalam vagina Icha.
“Aaagh….suu…ka….” sahut Icha dengan terbata-bata karena sambil menikmati penis Lim dalam vaginanya.
“Enakan mana Icha? suamimu atau saya” tanya Lim lagi sambil penisnya menggenjot dengan kasar vagina Icha.
“Ee..naa….enak saaamaa pak…uughhh….Liiimm” jawab Icha sambil mengerang-erang kenikmatan.
“Mau kamu saya setubuhi kapan saja saya mau” tanya Lim lagi dengan kasar.
“Maaa…..uuuuu….ppaak Liiimm….” jawab Icha sambil tubuhnya mengejang tanda Audrey mengalami orgasme lagi.
Dengan tetap memegang kedua tangan Icha ke belakang, Lim menghentikan gerakannya untuk beberapa saat dan membiarkan Icha menikmati orgasmenya. Setelah beberapa saat Lim kembali menggenjot vagina Icha dengan kencang, membuat nafsu seks Icha kembali bergelora. Benar-benar takjub aku melihat adegan demi adegan yang dipertontonkan Icha dan Lim. Icha yang cantik dengan kulitnya yang putih mulus dengan setia melayani nafsu binatang seorang tua bangka bermuka jelek dan berperut gendut.
“Icha, lihat suamimu sangat menikmati kamu disetubuhi olehku. Boleh suamimu menonton setiap kali kamu saya setubuhi?” tanya Lim dengan sedikit nada memerintah kepada Icha.
“Boo…leehhh….aaagghh….paak…ugg ghhh…Limm” jawab Icha sambil meracau kenikmatan.
Melihat Icha menurut dan tunduk sepenuhnya pada Lim membuat penisku kembali memuncratkan sperma untuk kesekian kalinya dan sedikit mengenai bibir atas Icha. Melihat hal itu Lim memerintahkan Icha menjilat dan menelan spermaku yang menempel dibibir atasnya, dan yang menakjubkan adalah tanpa pikir panjang Icha menuruti apa yang diperintahkan Lim padahal aku tahu Icha biasanya paling jijik dengan sperma apalagi harus menjilat dan menelannya. 20 menit sudah semenjak aku mencapai orgasmeku. Aku sudah terlalu capek untuk bermastrubasi lagi, namun Icha masih dihajar vaginanya dengan ganas dari belakang oleh Lim dan Icha sudah mengalami orgasme-orgasme yang sangat dahsyat. Beberapa saat kemudian Lim terlihat mulai akan orgasme. Rupanya Icha menyadarinya.
“Uugh…aaghhh…pak Lim…jaaa…ngaaan…keluar aaggghh… di dalam” pinta Icha sambil mengerang-erang kenikmatan.
“Naaan…tiii aaaggghhh…saya….hamil….” tambah Icha lagi dengan tetap merintih-rintih penuh nikmat.
“Kalau tidak boleh di dalam, berarti harus keluar di mulutmu ya Icha, dan harus ditelan semua tidak boleh ada yang tercecer keluar” kata Lim kepada Icha.
“Iii…yaaaaa….paaak Liiiiim……di mulut saya…AAAAGHHHHH, adduuuuhhhhh niiikkmaaattt sekali pak Liiiiim…aampunnnn…nikmat……” teriak Icha sambil orgasme lagi.
Kemudian Lim membalikkan tubuh Icha sehingga Icha terlentang di kasur. Lim kembali mengangkangi Icha dan menjambak rambut Icha dengan kasar dan memasukkan penisnya yang besar ke dalam mulut Icha.
“Telan…telan semua…jangan sampai ada yang keluar” perintah Lim kepada Icha.
Terlihat penis Lim yang besar berdenyut dengan keras, sedangkan mulut Icha menghisap-hisap penis Lim dan terlihat tenggorokan Icha bergerak-gerak tanda Icha sedang menelan sesuatu dalam jumlah yang banyak. Lim menumpahkan seluruh spermanya ke dalam mulut Icha dan Icha menelan setiap tetes sperma Lim yang masuk ke dalam mulutnya. Setelah beberapa saat Lim mengeluarkan penisnya yang besar dari mulut Icha.
“Bersihkan…jilat sampai bersih…!” kembali Lim memerintahkan Icha yang langsung dituruti oleh Icha.
Selagi Icha menjilat-jilati penis dan biji Lim, Lim bertanya kepadaku “Boleh pinjam istrimu malam ini? Aku terkesiap mendengar permintaan Lim. Aku tidak percaya dengan apa yang aku dengar.
Melihat aku tidak menjawab, Lim berkata lagi kepadaku “Icha kelihatannya sangat menyukai aku setubuhi, dan obat yang aku berikan kepadanya masih bekerja, sehingga Icha masih ingin dipuaskan nafsu seksnya.
“Bagaimana Icha” tanya Lim kemudian kepada Icha. Icha sambil tetap menjilati penis Lim hanya mengangguk-anggukan kepalanya tanda membenarkan apa yang dikatakan Lim kepadaku.
Melihat Icha memberikan persetujuannya maka akupun mengiyakan permintaan Lim. Lim kemudian menyuruh Icha pindah ke kamar sebelah dan Icha menuruti permintaan Lim.
“Jo, kamu istirahat saja di kamar ini, aku dan Icha ada di kamar sebelah. Connecting door akan tetap terbuka, sehingga kapan saja kamu ingin melihat istrimu disetubuhi olehku, kamu dapat masuk ke kamar sebelah’ kata Lim kepadaku.
Aku hanya mengganggukan kepala tanda setuju, dan kemudian Lim meninggalkan aku dikamar sendirian dan Lim pindah ke kamar sebelah menyusul Icha. Aku sudah terlalu capek untuk membersihkan badan atau berpakaian. Aku langsung naik ke tempat tidur dan menyelimuti tubuhku dengan selimut yang masih sedikit basah bekas cairan kewanitaan Icha….dan beberapa saat kemudian mulai terdengar rintihan-rintihan nikmat Icha dari kamar sebelah menandakan Lim dan Icha sudah mulai lagi dengan persetubuhan mereka…namun aku terlalu capek untuk beranjak dari kasur….dan kemudian terlelap….
Sinar Matahari tepat jatuh dimataku, ketika aku mulai bangun dari tidurku. Melihat posisi matahari dari jendela kamar itu, aku menyadari bahwa hari telah siang. Aku gerakan badanku dikasur untuk membangunkan diriku. Keadaanku masih telanjang bulat dan aku masih terkesima dengan apa yang telah terjadi tadi malam. Rintihan-rintihan dan erangan-erangan nikmat Icha dari kamar sebelah, membuat diriku terbangun dari lamunanku.
“Ah, gila mereka, apa mereka masih bersetubuh terus” pikirku dalam hati.
“Apakah mereka melakukan persetubuhan secara non-stop sepanjang malam?” pikirku lagi.
Rasa lapar mulai terasa diperutku, dan aku mulai berpakaian. Rintihan-rintihan nikmat Icha tidak menggugahku untuk ke kamar sebelah. Namun ketika kakiku melangkah ke pintu kamar karena aku ingin ke dapur mencari makan, terdengar kegiatan di kamar sebelah sedikit aneh dan mengusik rasa ingin tahuku. Aku sepertinya mendengar lebih dari 2 orang di kamar sebelah. Maka akupun mengurungkan niatku untuk keluar kamar dan akupun melangkahkan kakiku ke connecting door yang menghubungkan kamarku dengan kamar sebelah. Betapa kagetnya ketika aku masuk ke dalam kamar sebelah tersebut. Aku melihat 2 wanita muda yang tadi malam bersama Icha sedang duduk disofa panjang di sebelah tempat tidur di kamar itu sambil tertawa-tawa kecil menonton adegan yang sedang berlangsung di tempat tidur tersebut. Lebih kaget lagi ketika aku menyadari apa yang sedang terjadi di tempat tidur. Istriku Icha, sedang disetubuhi oleh Lim dan salah seorang tamu Lim yang tadi malam menginap di villa!!! Posisi Icha bertumpu pada kedua lutut dan kedua tangannya dengan pantat yang sedikit menungging ke belakang. Terlihat tamu Lim tersebut, seorang pria tua berumur sekitar 60 tahunan berbadan besar dan buncit dengan bulu yang lebat memenuhi sekujur tubuhnya sedang menyetubuhi Icha dengan kasar dari belakang. Sedangkan Lim yang tangan kanannya sedang menjambak rambut Icha yang sekarang telah dikuncir buntut kuda terlihat asyik menggenjot penisnya dengan kasar di dalam mulut Icha.
“Ah, kamu sudah bangun Johan” kata Lim ketika melihat diriku masuk ke dalam kamar.
“Silahkan duduk Johan” kata Lim lagi sambil mempersilahkan aku duduk di sofa di antara kedua wanita yang sedang menonton Icha disetubuhi dua laki-laki tua itu.
“Ini namanya Pak Wang , dia ini salah satu sahabatku” kata Lim kemudian sambil memperkenalkan pria tua yang sedang menyetubuhi Icha dengan kasar dari belakang. Yang disebut Pak Wang hanya menengok sebentar sambil melambaikan sebelah tangannya kepadaku dan kemudian melanjutkan kegiatannya pada Icha.
“Aku selalu berbagi apapun dengannya. Vagina Icha sangat nikmat untuk disetubuhi, sehingga aku harus membaginya kepada sahabat tuaku ini biar dia juga tahu betapa nikmatnya istrimu ini. Aku harap kamu tidak keberatan ya Johan. Toh istrimu tidak keberatan, malah suka…” kata Lim sambil terkekeh kecil.
“Icha, kamu suka disetubuhi Pak Wang kan?” tanya Lim kepada Icha.
Icha tidak menjawab. Icha terlihat sedang asyik sendiri menikmati persetubuhannya.
“Hahaha…wanita cantik ini rupanya sudah dalam kenikmatannya sendiri” tawa Lim sambil melihat Icha yang sedang menikmati setiap genjotan penis Wang dan penis Lim.
Aku yang masih shock hanya menuruti perintah Lim dan duduk di sofa di antara kedua wanita muda tersebut.
“Ladies, tolong bantu sang suami tercinta ini agar dapat menikmati istrinya disetubuhi oleh 2 pria sekaligus” perintah Lim kepada kedua wanita yang duduk disamping kiri dan kananku.
Mendengar perintah Lim, kedua wanita muda itu langsung membuka dan melepaskan celana dan celana dalamku. Kemudian mereka berdua dengan tetap sesekali menonton adegan Icha dengan Wang dan Lim mulai menjilati penisku secara bergantian, membuat penisku langsung berdiri dengan tegak. Di atas tempat tidur aku melihat Icha sedang disetubuhi habis-habisan oleh kedua pria tua itu. Mereka memperlakukan Icha dengan kasar, namun terlihat Icha meskipun kepayahan melayani nafsu kedua pria tersebut, Icha nampak menikmatinya. Semakin Icha diperlakukan kasar oleh kedua pria tua itu, semakin nampak Icha menikmatinya. Rintihan-rintihan Icha semakin keras apabila Wang dan Lim menggenjot penisnya masing-masing dalam vagina dan mulut Icha dengan kasar. Sambil sesekali menampar kedua belahan pantat Icha dengan tangan kirinya,Wang menggenjot penisnya di vagina Icha dari belakang dengan cepat dan kasar. Kemudian tangan kanannya melingkar di pinggul Icha dan terus ke arah vagina Icha dari arah depan sehingga jari-jari tangannya dapat memainkan klitoris Icha. Icha tanpa sadar mengangkat kaki kanannya sehingga posisinya sekarang seperti anjing yang sedang kencing untuk memberikan akses yang lebih luas bagi jari-jari tangan Wang di vagina Icha. Dengan posisi satu kaki mengangkang ke atas, aku dapat melihat ternyata bulu-bulu di sekitar vagina Icha telah dicukur habis. Aku tidak tahu kapan mereka mencukur habis bulu-bulu di sekitar vagina Icha, mungkin tadi malam ketika aku sudah tidur. Rupanya mereka telah berpesta seks sepanjang malam. Vagina Icha terlihat putih mulus tanpa sehelai bulupun dengan bibir vaginanya terlihat sedikit berwarna merah muda tanda vagina itu telah digenjot habis sepanjang malam. Ketika jari-jari tangan Wang mulai mempermainkan vagina Icha dan mencubit-cubit kecil klitoris Icha, tubuh Icha bergoyang hebat, pinggulnya, badannya naik turun tidak beraturan. Erangan-erangan dan rintihan-rintihan nikmat keluar dari mulut Icha.
Lim sekarang menggunakan kedua tangannya untuk menjambak rambut Icha sehingga dapat membuatnya semakin kencang menyetubuhi mulut Icha. Diperlakukan demikian, Icha semakin bergoyang-goyang,tubuhnya meliuk-liuk karena ditekan dari belakang dan dari depan. Racauan dan rintihannya semakin keras, matanya tidak berkedip dan selalu memandang ke arah muka Lim. Wang dan Lim semakin mempercepat gerakannya sehingga Icha benar-benar tergoncang-goncang hebat. Icha terlihat bermaksud menurunkan kaki kanannya agar lebih memudahkannya menerima hajaran-hajaran penis Wang dan Lim di vagina dan mulutnya. Namun hal itu tidak dapat dilakukannya karena terhalang tangan kanan Wang yang telah benar-benar menggenggam vagina Icha, terutama klitorisnya. Melihat adegan live didepan mataku, aku orgasme dengan cepat, dan kedua wanita muda yang melayani aku menghisap dan menelan seluruh spermaku sampai habis. Melihat aku sudah orgasme, Lim kemudian memerintahkan salah satu wanita disebelahku untuk mengambil sesuatu
“Ambil pil yang biasa di laci itu” kata Lim memerintahkan wanita tersebut sambil menunjuk salah satu laci disamping tempat tidur.
Wanita yang disuruh Lim, mengeluarkan sebuah botol dari laci tersebut, membukanya, dan mengeluarkan sebuah pil serta kemudian menyerahkannya kepada Lim.
“Buka mulutmu Icha, telan pil ini supaya kamu tidak hamil, Wang ingin memuntahkan spermanya dalam vaginamu. Saya juga ingin orgasme dalam vaginamu, bosan saya orgasme dalam mulutmu terus sepanjang malam” perintah Lim kepada Icha.
Kemudian Lim mengeluarkan penisnya yang besar dari mulut Icha dan memasukkan pil tersebut ke dalam mulut Icha yang langsung ditelan Icha tanpa menggunakan air sedikitpun. Setelah itu Lim kembali menjambak rambut Icha dan kembali melanjutkan genjotan penisnya pada mulut Icha. 20 menit telah berlalu, namun aku melihat baik Icha, Lim maupun Wang belum ada yang orgasme. Terus terang terkejut aku melihat perubahan pada diri Icha. Icha tidak orgasme-orgasme, tidak seperti tadi malam yang dengan mudahnya dia mencapai orgasme berulang-ulang. Tatapan mata Icha terlihat sangat sayu dan sedikit kosong, namun dari rintihan-rintihannya aku tahu dia lebih menikmati persetubuhannya saat ini daripada persetubuhannya tadi malam. Melihat raut wajahku yang penuh tanda Tanya, Lim kemudian menjelaskan kepadaku apa yang telah terjadi.
“Tadi pagi Icha saya beri obat ramuan China. Obat ini membuat Icha lebih lama mencapai orgasme, ini agar Icha dapat mengimbangi kami sehingga tidak cepat lelah. Namun dengan obat ini otot vagina Icha akan semakin kencang sehingga jepitannya pada penis yang masuk ke dalam vaginanya akan semakin kuat dan hal ini membuat Icha dan siapapun pria yang menyetubuhinya merasa lebih nikmat. Setiap gesekan penis dalam vagina Icha akan berpuluh-puluh kali lipat lebih terasa nikmat bagi Icha dan pria tersebut” kata Lim menjelaskan kepadaku.
“Lihat Icha sekarang sudah benar-benar menikmati setiap gesekan penis Wang dalam vaginanya, bahkan dia sangat menikmatinya sampai-sampai dia tidak begitu sadar akan sekelilingnya lagi, hanya kenikmatan dan kenikmatan yang dia rasakan saat ini. Dipikirannya hanya ada rasa kenikmatan yang amat sangat dan tidak ada rasa yang lain selain kenikmatan tersebut. Kenikmatan yang Icha rasakan saat ini sudah menguasai dan menghipnotis seluruh badan dan pikirannya” tambah Lim kepadaku.
“Johan, kamu lihat nanti waktu istrimu mengalami orgasme. Kamu akan lihat bagaimana seorang wanita mengalami orgasme yang super dahsyat. Kamu pasti tidak akan menyangka bahwa istrimu bisa orgasme sehebat yang nanti kamu akan lihat” lanjut Lim kepadaku.
45 menit telah berlalu, ketika aku melihat perubahan pada diri Icha. Erangan-erangan dan rintihan-rintihan nikmatnya mulai memelan, namun badannya semakin bergoyang-goyang dengan kencang dan tidak beraturan. Wang dan Lim semakin gencar menggenjot penisnya masing-masing dalam vagina dan mulut Icha, membuat Icha sulit untuk tetap bertumpu pada kedua tanganya dan satu lututnya. Badan Icha benar-benar bergoncang hebat karena tekanan dari belakang dan dari depan disertai goyangan badannya sendiri yang semakin tidak beraturan. Mata Icha tetap memandang kearah wajah Lim dengan sekali-kali mendelik-delik. Kedua tangannya beberapa kali jatuh karena tidak kuat menahan badannya, namun jambakan Lim pada rambutnya membuat Icha tidak tersungkur ke kasur. Suara Icha semakin pelan bahkan sekarang hampir tidak terdengar sama sekali, tangannya yang sudah tidak kuat menumpu badannya dan mulai mencari pegangan lain. Kedua tangan Icha terlihat berusaha memegang kedua sisi pinggul Lim, kemudian beralih ke kedua tangan Lim yang sedang menjambak rambutnya, lalu kembali kasur menumpu badannya dan begitu seterusnya terlihat Icha sedang mencari posisi yang enak untuk menumpu badannya yang bergoyang hebat dan dihajar dari depan dan belakang oleh Lim dan Wang.
“Right on time. She is nearly there, I also nearly there” sahut Wang tiba-tiba kepada Lim.
Mendengar itu Lim hanya tersenyum kemudian Lim berpaling kepada kedua wanita muda yang sedang menemaniku.
“Kalian berdua kesini, bantu Icha agar tetap pada posisinya, agar Pak Wang bisa menikmati orgasmenya dengan lancar” perintah Lim kepada kedua wanita itu.
Kedua wanita yang diperintah Lim kemudian naik ke kasur dan memposisikan diri mereka masing-masing berlutut disamping kiri dan kanan Icha. Kemudian kedua wanita tersebut meraih masing-masing pundak Icha dari arah bawah sehingga sekarang tangan-tangan kedua wanita tersebut masing-masing menumpu pundak Icha, membuat kedua tangan Icha terbuka kearah kiri dan kanan. Sudah tidak terdengar suara rintihan Icha. Badan Icha juga bergerak memelan namun terlihat Icha berusaha memundurkan pinggulnya agar penis Wang makin masuk jauh ke dalam vaginanya. Gerakan Icha yang pelan meliuk-liuk terlihat sangat kontras dengan gerakan Wang dan Lim yang semakin ganas menggenjot penisnya masing-masing ke dalam vagina dan mulut Icha.
“Johan, sini naik ke kasur agar kamu bisa melihat dengan jelas. Istrimu sebentar lagi akan orgasme yang hebat” kata Lim kepadaku.
Tanpa menunggu lagi akupun segera naik ke kasur agar bisa melihat Icha dari dekat dan dengan jelas. Wang kemudian melepaskan tangan kanannya dari klitoris Icha sehingga kali Icha bisa turun dan kedua lututnya bisa kembali menumpu badannya. Wang lalu sedikit berjongkok serta kedua tangannya meraih pinggul Icha. Dengan posisi demikian Wang bisa dengan lebih leluasa menggenjot penisnya dengan keras ke dalam vagina Icha. Kira-kira sepuluh menit kemudian, badan Icha makin meliuk-liuk ke kiri dan ke kanan serta menekan ke belakang ke arah penis Wang.
“Ooh, this baby still want it more, although my dick has reached the inside end of her vagina” kata Wang yang merasa Icha terus menekan pinggulnya ke belakang ke arah penisnya.
“Your vagina is not deep enough darling, but if you want it, I’ll give it to you” lanjut Wang sambil menghentikan genjotannya dan menarik pinggul Icha kebelakang dan secara bersamaan memajukan pinggulnya sendiri ke depan dan kemudian membiarkannya dalam keadaan begitu.
Ditekan dari belakang dengan keras sampai ke ujung vaginanya, membuat mata Icha mendelik. Kemudian Lim mengeluarkan penisnya dari mulut Icha dan melepaskan jambakan tangannya di rambut Icha sehingga sekarang kepala Icha bebas bergerak.
“She is all yours, Wang” kata Ling kepada Wang.
“Ooh, she is real good, look at her hips moving, she knows how to please a man” sahut Wang merasakan goyangan meliuk-liuk pinggul Icha.
“Her vagina is very tight, my dickhead being played by her wall end of vagina. Damn..this girl is good” lanjut Wang sambil merasakan ujung penisnya bergesekan pada bagian yang paling dalam dari vagina Icha.
Icha terus memainkan penis besar Wang dalam vaginanya. Pinggul Icha naik turun dan memutar-mutar secara perlahan ditambah tekanan pinggul Wang dari belakang dan tangan Wang yang menarik pinggul Icha ke belakang, membuat kedua manusia yang meskipun berbeda umur sangat jauh menjadi satu kesatuan dan sama-sama menikmati persetubuhan mereka. Sepuluh menit kemudian, Audrey memejamkan matanya, jari-jari tangannya membuka dan mengepal secara perlahan, mulutnya terbuka lebar, goyangan pinggulnya menjadi patah-patah.
“Oh, she is coming, let us come together baby…!!!!’ sahut Wang dengan keras.
Seperti mengerti perintah Wang, Icha menghentikan goyangannya, pinggulnya secara keras didorongnya ke belakang, kepalanya terdongak ke atas dengan mulut terbuka lebar, seluruh badannya menegang dan terdengar desahan kecil Icha.
“Oohh… this is goooood…..I am in heaven….” desah Icha pelan.
Bersamaan dengan itu Wang memuntahkan spermanya di dalam vagina Icha.
“Take that bitch…., you like being fill up with cum you little whore!” teriak Wang sedikit keras sambil terus memuntahkan spermanya di dalam vagina Meda.
“Oooh… yeeesss… fill me up….oohhhh…this is too good….I am your whore, your little whore” desah Icha sangat pelan.
Kembali sesuatu yang menakjubkan terjadi didepan mataku, sudah 10 menit berlalu tapi Nampak orgasme Icha belum turun juga. Icha masih terus dipuncak kenikmatan. Ketika Wang melepaskan pegangannya pada pinggul Icha dan mulai menarik penisnya keluar dari vagina Icha, Nampak raut muka Icha sedikit sedih.
“Don’t take it off now…pleaseee…I am not finished yet” rengek Icha pelan sambil kembali meliuk-liukan pinggulnya secara perlahan untuk memancing Wang mengurungkan niatnya.
Wang tidak mendengarkan rengekan Icha, dan mencabut penisnya. Tapi kekecewaan Icha hanya sebentar karena Lim langsung siap menggantikan posisi Wang. Ditidurkannya Icha telentang di atas kasur dibukanya kaki Icha lebar-lebar.
“Masih kurang Icha?” Tanya Lim menggoda Icha sebelum mulai memasukkan penisnya ke dalam vagina
Icha
.
“Masih…pak Lim…saya masih orgasme…..ooohhhh nikmat sekali…..mau disetubuhi sekarang…” rengek
Icha
sambil menarik pinggul Lim ke arahnya.
“Oohhhh……” desah
Icha
ketika penis Lim masuk ke dalam vaginanya sampai mentok.
Lim kemudian secara perlahan menggenjot vagina Icha
dengan penisnya. Setiap gerakan Lim selalu disertai lolongan pelan namun panjang dari Icha. Kepala
Icha
terdongak ke belakang, matanya terpejam rapat, dadanya membusung ke atas sehingga sebagian punggungnya terangkat dari kasur. Bibir kecilnya mengigit-gigit pelan jari telunjuk kanannya, lolongan pelan namun panjang terdengar dari mulut
Icha
setiap kali Lim menggerakan penisnya secara perlahan.
Penasaran dengan apa yang dirasakan
Icha
, aku membisikinya dan bertanya.
“Bagaimana rasanya Cha? Enak?” tanyaku.
“Ennakkk…ooohhhhh…. Terima kasih Joo atas pengalaman indah ini…..orgasmeku tidak berhenti-henti nih…..oohhhh panjang sekali…..oohhhh…..aku disetubuhi sampai orgasme…..” jawab
Icha
pelan kepadaku sambil terus menikmati orgasmenya yang berkepanjangan.
Lima belas menit kemudian, penis Lim berdenyut kencang pertanda dia akan orgasme, dan tubuh
Icha
pun tiba-tiba lebih menegang lagi.
“Oohhh….apa ini pak Lim….kenapa saya……” desah
Icha
pelan kepada Lim.
“Inilah puncaknya orgasme dari orgasme Cha. Nikmati saja” jawab Lim.
Bersamaan dengan itu, tubuh Icha dan Lim benar-benar menegang. Keduanya berusaha menarik satu sama lain dan merapatkan persenggamaan mereka. Kaki
Icha
melingkar di pinggul Lim. Dada
Icha
makin membusung, kepalanya makin terdongak ke belakang dan giginya menggigit bibir bawahnya sendiri. Sedangkan kepala Lim berada di pundak Icha, mulutnya sedikit menggigit pundak
Icha
dan penisnya ditekan dengan keras ke dalam vagina
Icha
.
“OOOhhhhh……” teriak
Icha
dan Lim bersamaan. Lim memuntahkan seluruh spermanya ke dalam vagina
Icha
Dua manusia mengalami orgasme hebat secara bersamaan.
Beberapa menit Lim dan
Icha
berada di puncak orgasme mereka.
“Oke semuanya keluar dari kamar ini. Biarkan
Icha
istirahat dulu” kata Lim setelah selesai memuntahkan seluruh spermanya dalam vagina
Icha
.
Lim pun beranjak dari atas tubuh
Icha
tidur disampingnya dan menyelimuti dirinya dan
Icha
dengan selimut.
Icha
hanya tersenyum dengan mata terpejam dan menidurkan kepalanya di dada Lim yang ditumbuhi bulu yang sangat lebat, sedangkan yang lainnya termasuk aku pergi meninggalkan kamar itu dan membiarkan Lim dan
Icha
istirahat.
Menjelang sore terlihat Lim keluar dari kamar itu dan bergabung dengan aku dan tamu-tamu yang lain di ruang tengah villa. Rupanya yang menginap di villa tersebut selain aku,
Icha
Lim, Wang dan kedua wanita yang siang tadi berada di kamar, juga ada satu wanita lagi dan tiga tamu laki-laki.
“Wah, sudah pada berkumpul rupanya, maaf saya baru bangun” kata Lim kepada aku dan tamu-tamu lainnya.
Kamipun mengobrol di ruang tengah villa itu sampai menjelang malam. Kurang lebih jam 6.30pm Lim menginstruksikanku untuk membangunkan
Icha.
“Johan, bangunkan istrimu, kita akan makan malam bersama” sahut Lim kepadaku.
Akupun segera menuruti perintah Lim dan naik ke lantai atas villa menuju kamar tempat
Icha
istirahat karena memang aku sudah mulai kuatir terhadap
Icha
sebab setelah kejadian siang tadi di kamar aku belum melihatnya lagi. Sesampainya di kamar, aku melihat
Icha
sudah bangun namun masih tiduran tengkurap di atas kasur, tubuhnya masih telanjang, terlihat mukanya nampak habis menangis. Melihat aku masuk ke kamar, air mata menetes kembali dari matanya.
“Johan, apa yang kamu lakukan terhadapku. Kenapa kamu jahat terhadapku, kenapa kamu membiarkan semua ini terjadi?” tangis
Icha
kepadaku.
Akupun berusaha menenangkan dan menghibur istriku, kami berbincang-bincang di kamar itu cukup lama sambil aku berusaha terus menghiburnya sampai tiba-tiba salah satu dari tamu wanita masuk ke kamar dan meminta
Icha
ntuk mandi dan membersihkan diri karena aku dan
Icha
sudah ditunggu di ruang makan oleh Lim dan tamu-tamu yang lain. Dengan sedikit malas
Icha
menurutinya. Setelah
Icha
mandi dan berpakaian kamipun keluar dari kamar itu dan menuju ruang makan. Terlihat
Icha
ragu-ragu untuk keluar dari kamar. Terlihat
Icha
sedikit malu untuk bertemu dengan Lim dan tamu-tamu yang lain setelah kejadian tadi malam dan tadi siang.
Sesampainya di ruang makan, tamu-tamu yang lain sudah menunggu.Lim mempersilahkan aku dan
Icha
duduk di kursi yang disediakan di ruang makan itu demikian juga terhadap tamu-tamu yang lain masing-masing dipersilahkan duduk oleh Lim. Kamipun menyantap hidangan malam yang disediakan sambil mengobrol. Pembicaraan di meja makan itu kebanyakan tentang bisnis antara Lim dan tamu-tamunya. Tidak ada yang menyinggung kejadian tadi malam dan tadi siang, seakan-akan kejadian tersebut tidak pernah terjadi. Hal itu membuat
Icha
terlihat sedikit tenang. Selesai santap malam Lim mempersilahkan tamu-tamunnya, termasuk aku dan
Icha
ke ruang tengah. Di ruang tengah makanan kecil dan minuman telah disediakan dan Lim mempersilahkan kami semua untuk mencicipi makanan kecil dan minuman tersebut kemudian melanjutkan obrolan bisnisnya dengan tamu-tamunya di ruang tengah, Lim sedikit mengacuhkan aku dan istriku karena memang obrolannya adalah masalah bisnis. Setelah kurang lebih 2 jam berbicara bisnis dengan tamunya tiba-tiba Lim berkata
“Ok saya rasa omomgan bisnis sudah cukup untuk malam ini. Sekarang kita ke topik selanjutnya”
“Zhou, obatmu ternyata sangat manjur, lihat saja ini hasilnya” sambung Lim sambil memencet remote TV.
TV menyala dan betapa kagetnya aku melihat apa yang muncul di TV. Rekaman persetubuhan
Icha
tadi malam dan tadi siang terlihat di layar TV. Aku melihat wajah
Icha,
sangat terkejut dan malu melihat tamu-tamu yang lain menyaksikan tayangan persetubuhannya dilayar TV.
Icha
bangkit dari tempat duduknya dan bermaksud meninggalkan ruang tengah itu, namun Lim menghardiknya dengan tegas.
“
Icha
, duduk kamu! Tidak ada yang menyuruh kamu untuk pergi!” bentak Lim dengan sangat keras.
Mendengar bentakan Lim aku sangat terkejut. Aku bermaksud untuk turut berdiri, namun aku merasakan tubuhku lemas dan aku tidak mampu berdiri. Kelihatannya Lim telah mencampurkan sesuatu lagi dalam minumanku sehingga badanku lemas tidak berdaya.
Aku melihat
Icha
sedikit ketakutan mendengar bentakan Lim, namun dikarenakan aku hanya tetap duduk dan tidak membela
Icha
maka
Icha p
un mengurungkan niatnya dan kembali duduk.
Icha
dan tamu-tamu lainnya kemudian membahas adegan demi adegan persetubuhan
Icha
yang ditayangkan TV. Mereka membahasnya seakan-akan
Icha
tidak ada di ruangan itu. Komentar-komentar keluar dari mulut mereka. Lim memuji Zhou atas kemanjuran obatnya. Lim menjelaskan bagaimana
Icha
yang alim itu bisa menjadi seorang pelacur murahan dikarenakan meminum obat itu. Ada lagi tamu yang lain memuji daya tahan
Icha
karena obat itu. Setelah rekaman adegan persetubuhan
Icha
di TV selesai, kemudian Lim dengan suara tegas memerintahkan
Icha
“Nah,
Icha
tolong hibur tamu-tamuku ini. Jangan biarkan mereka hanya menonton kamu di TV saja, perbolehkan mereka juga menikmati dirimu.”
Mendengar itu dengan raut muka penuh ketakutan,
Icha
bangkit dari tempat duduknya dan berusaha lari keluar dari villa, namun baru beberapa langkah berlari, Lim dan Zhou dengan sigap menangkap
Icha
.
“Wow, rupanya pelacur ini tidak mau menuruti perintah. Ck…ck..ck…
Icha
kamu sangat mengecewakan” kata Lim sambil mencengkram tubuh
Icha
dari belakang.
“Kamu harus dihukum dan dididik yang benar supaya bisa menjadi budak seks yang patuh” lanjut Lim kemudian kepada
Icha
.
Icha
meronta-ronta dengan keras dan berusaha melepaskan diri, namun cengkraman Zhou dan Lim pada dirinya terlalu kuat, sehingga usaha
Icha
untuk melepaskan diri menjadi sia-sia. Kemudian Lim dan Zhou menyeret
Icha
ke basement villa, diikuti oleh tamu-tamu yang lain. Mereka meninggalkan aku di ruang tengah. Aku kembali berusaha bangkit untuk membantu
Icha
namun aku sama sekali tidak dapat berdiri sehingga aku hanya dapat terduduk lemah di sofa melihat perlakuan Zhou dan Lim terhadap
Icha
Tidak lama mereka meninggalkan aku di ruang tengah. Kira-kira 15 menit kemudian 2 orang tamu pria mendatangiku dan segera membopongku ke basement villa. Basement villa itu ternyata suatu ruangan yang kelihatannya sering digunakan untuk pesta seks yang aneh-aneh. Aku melihat banyak peralatan seks yang lebih mirip sebagai alat penyiksaan tergantung di dinding basement itu. Banyak peralatan seks yang belum pernah aku lihat sebelumnya.
Merinding aku ketika memasuki basement villa itu, namun yang membuat aku lebih kaget dan takut lagi adalah ketika aku melihat Icha sudah terikat dalam keadaan telanjang bulat. Posisi
Icha
berdiri dengan kedua tangan terikat ke atas melebar oleh rantai-rantai yang tertancap kuat dilangit-langit basement, sedangkan kakinya mengangkang lebar terikat dengan rantai-rantai yang menancap kuat ke lantai basement, sehingga posisi
Icha
menyerupai huruf “X”. Aku melihat
Icha
eronta-ronta sekuat tenaga, air matanya mengucur deras di kedua pipinya. Permohonan-permohonan untuk dilepaskan keluar dari mulutnya, namun rengekannya hanya dibalas dengan tawa sinis oleh orang-orang yang berada di basement villa itu. Kedua tamu yang membopongku kemudian mendudukanku di sebuah kursi persis di hadapan
Icha
.
“Teman-teman, malam ini kita akan mendidik pelacur ini supaya mau menjadi budak seks yang patuh. Harap teman-teman duduk di kursi-kursi yang telah disediakan, dan kita akan segera mulai pendidikan buat pelacur ini” sahut Lim tiba-tiba.
Mendengar itu semua yang ada di basement itu duduk di kursi yang telah disediakan disekeliling tempat
Icha
terikat dan menunggu apa yang selanjutnya Lim akan lakukan terhadap
Icha
.
“
Icha
, ini kesempatan kamu yang terakhir. Kamu bisa secara sukarela menjadi budak seksku yang patuh atau aku akan membuat kamu menjadi budak seksku yang patuh. Kedua-duanya pada akhirnya kamu akan menjadi budak seksku yang patuh, namun cara kedua pasti jauh lebih menyakitkan” kata Lim kemudian sambil tertawa.
Mendengar itu aku melihat ketakutan yang amat sangat di wajah
Icha,
Icha
semakin kencang meronta-ronta berusaha melepaskan diri. Tangisannya semakin keras, permohonan minta dilepaskan juga semakin keras.
“Ok, kalau kamu mau dengan cara yang menyakitkan” kata Lim setelah melihat
Icha
tetap berusaha melepaskan diri.
Lim kemudian mengambil sebuah cambuk kuda dan berdiri di belakang
Icha
Aku melihat
Icha
merinding ketakutan melihat cambuk kuda tersebut.
“Ctaarr….ctttarr….cttaaarrr….. ” suara cambuk 3 kali berbunyi disertai raungan kesakitan
Icha
. Lim telah mencambuk punggung
Icha
dengan keras.
Raungan tangis
Icha
semakin keras, badannya tetap meronta-ronta untuk melepaskan diri.
“Cttaar…cttarr…ctarr..ctaarrr… ” bunyi cambuk kembali bertubi-tubi mendera punggung
Icha
hingga
Icha
ingsan. Melihat
Icha
pingsan salah seorang tamu wanita mengguyurkan air ke kepala
Icha
untuk membangunkannya.
Ketika
Icha
siuman, Lim menanyakan kepada
Icha
apakah
Icha
bersedia menjadi budak seksnya. Setiap kali
Icha
mengatakan tidak atau berusaha meronta-ronta untuk melepaskan diri, maka bunyi cambuk akan terdengar lagi, dan kali ini tidak hanya mendera punggung
Icha
namun juga mendera ke pantat, kedua payudara dan vaginanya. 30 menit
Icha
dicambuki seluruh tubuhnya, bekas-bekas cambuk berwarna kemerahan terlihat disekujur tubuhnya. Tubuh
Icha
sudah kelihatan lemas. Tidak ada lagi raungan tangis keluar dari mulutnya.
“Bagaimana
Icha
apakah kamu sekarang bersedia jadi budak seksku?” tanya Wen kemudian.
Icha
hanya menggelengkan kepalanya secara lemah tanda penolakannya.
“Ok, kalau kamu tetap tidak mau. Kita akan ke tahap selanjutnya. Kita lihat sampai mana kamu tahan siksaan ini” sahut Lim kepada
Icha
sambil mengisyaratkan sesuatu kepada seorang tamu wanita.
Tamu wanita yang diberi isyarat oleh Lim kemudian maju ke depan. Dia membawa sebuah jarum dan sebuah cincin yang terbuat dari emas dan menyerahkannya kepada Lim. Kemudian Wen berjongkok di depan vagina
Icha
Dibukanya vagina
Icha
secara perlahan. Mengetahui akan apa yang akan terjadi,
Icha
meronta-ronta dengan hebat, namun beberapa tamu maju ke depan dan memegang erat-erat tubuh dan pinggul
Icha,
sehingga
Icha
tidak dapat bergerak.
“Jangan…jangan….” pinta
Icha
lirih.
“AAAUOOCCCHHH….” Kemudian terdengar teriakan
Icha
Ternyata Lim menusuk bibir dalam bagian atas vagina
Icha
dengan jarum dan kemudian memasukkan cincin tersebut dalam lubang yang telah dibuatnya pada bibir vagina
Icha
tersebut.
Raungan keras kesakitan
Icha
membahana di basement itu, kemudian
Icha
kembali pingsan. Kemudian Lim kembali berdiri dan mundur beberapa langkah untuk melihat hasil kerjanya. Dia terlihat puas dengan apa yang telah diperbuatnya pada
Icha
Icha
terlihat dalam posisi terikat, masih pingsan dengan sebuah cincin di bibir atas vaginanya dengan sedikit darah terlihat disekitar bibir atas vaginanya. Seorang tamu wanita kembali mengguyurkan air ke kepala
Icha
dan membersihkan vagina
Icha
dari bekas darah tersebut. Kemudian tamu wanita tersebut memberikan wewangian ke hidung
Icha
agar
Icha
iuman. Siuman dari pingsannya, terlihat sekali
Icha
menahan sakit di vaginanya. Kemudian Lim kembali menghampiri
Icha
dengan membawa jarum tersebut lagi beserta sebuah cincin emas lainnya. Tangan kiri Lim kemudian meraih puting payudara sebelah kiri
Icha
dan tangan kanan Lim memegang jarum siap menusuknya.
“Jangan….jangan….ampun….jangan …sakit…saya bersedia jadi budak seks Pak Lim asalkan jangan siksa saya lagi” tiba-tiba terdengar suara pelan
Icha
.
Mendengar hal itu Lim dan tamunya tertawa penuh kemenangan.
“Benar kamu mau jadi budak seksku dan menuruti semua keinginanku” Tanya Lim kepada
Icha
.
“Iya…iya….saya mau…tolong jangan sakiti saya lagi” jawab
Icha
menyerah.
“Ok, bagus..bagus…, ladies…beri hadiah kepada budak seksku yang baru ini, buat dia menikmati statusnya yang baru sebagai budakku” kata Lim sambil memberi isyarat kepada para tamu wanita untuk maju ke depan.
Para tamu wanita tanpa perlu diperintah lebih lanjut langsung maju ke depan mengelilingi
Icha
Satu tamu wanita berjongkok di hadapan vagina
Icha
dan mulai menjilati dan menghisap-hisap vagina Audrey. Tamu-tamu yang lain menciumi dan menjilati kedua payudara
Icha
paha
Icha
punggung
Icha
dan sekujur tubuhnya.
15 Menit diperlakukan demikian terlihat tubuh Audrey mulai menikmatinya. Icha mulai meliuk-liukan badannya mengikuti permainan para tamu wanita tersebut di seluruh tubuhnya. Melihat reaksi
Icha
para tamu wanita tersebut semakin ganas mengerjai tubuh
Icha
Jari-jari tangan mereka secara bergantian keluar masuk vagina
Icha
yang mana hal tersebut semakin membuat Audrey tidak dapat mengontrol tubuhnya. Tidak beberapa lama kemudian terdengar erangan
Icha
anda
Icha
telah mencapai orgasmenya yang disambut oleh tepuk tangan meriah dari para tamu pria di basement itu. Tidak menunggu sampai orgasme
Icha
reda,Lim kemudian melepaskan ikatan
Icha
dan membimbingnya untuk berdiri di hadapanku.
“Mulai sekarang istrimu adalah budak seksku. Mulai sekarang aku harus didahulukan oleh istrimu dan bukan kamu lagi. Apabila kamu macam-macam rekaman dvd persetubuhan istrimu akan aku sebar di internet” kata Lim kepadaku.
Aku hanya diam tercekat oleh ancaman Lim itu. Badanku masih lemas sehingga aku tidak dapat berbuat apa-apa meskipun sebenarnya ingin aku meninju Lim. Kemudian Lim mengaitkan sebuah bel kecil keperakan di cincin emas yang berada di bibir atas vagina
Icha
dan kemudian Lim mengetes bunyi bel tersebut dengan jarinya.
“Ting…ting…ting” terdengar bunyi bel pelan.
Icha
kemudian diposisikan membungkuk ke depan dengan kedua tangan bertumpu di kedua pegangan kursi tempat aku duduk. Pantatnya di keataskan sedikit oleh Lim sehingga
Icha
sedikit berjinjit dengan pantat sejajar dengan selangkangan Lim. Wajah
Icha
dengan wajahku menjadi berhadapan dengan sangat dekat. Lalu Wen memelorotkan celananya sendiri. Terlihat penis Lim yang besar sudah mengacung keras, dan tanpa basa basi lagi dimasukkannya penis besar itu ke dalam vagina
Icha
ari belakang. Erangan kecil keluar dari mulut
Icha
disertai bunyi bel berdenting beberapa kali. Mata
Icha
terpejam rapat. Aku melihat ke bawah ke arah vagina
Icha
Terlihat vagina
Icha
sudah penuh dengan penis Lim yang besar dengan sebuah bel kecil yang bergoyang-goyang tergantung dari bibir atas vaginanya. Lim mulai memompa penisnya keluar masuk vagina
Icha
yang disertai erangan-erangan kecil
Icha
dan bunyi bel yang bergoyang. Tubuh
Icha
terdorong ke depan sehingga wajahnya sekarang berada disamping kuping kananku.
Terdengar erangan-erangan
Icha
di kupingku setiap kali penis Lim yang besar memasuki vaginanya.
“Maafkan aku Johan, aku tidak kuat disiksa…” tiba-tiba bisik
Icha
di kupingku. Aku tidak menjawab dan hanya diam saja.
Genjotan-genjotan penis Lim pada vagina
Icha
semakin keras, dan erangan-erangan
Icha
semakin terdengar keras. Badan
Icha
mulai mengikuti irama permainan Lim. Terlihat vagina
Icha
sudah sangat basah, cairan kewanitaannya mulai terlihat membasahi kedua paha dalamnya.
“Wah vagina istrimu sangat basah…dia sangat menikmatinya” kata Lim kepadaku sambil tertawa.
“Saatnya kita ke tahap selanjutnya” kata Lim kemudian sambil dengan tiba-tiba memasukkan 2 jarinya secara kasar ke dalam anus
Icha
.
Jeritan keras terdengar dari mulut
Icha
,
Icha
berusaha menarik badannya namun dengan sigap Wen menahannya.
“Diam
Icha
!!!” hardik Lim kepada
Icha
.
Setelah beberapa menit puas mengobok-obok anus
Icha
dengan kedua jarinya, Lim lalu mencabut penisnya dari vagina
Icha
dan mengarahkannya ke anus
Icha
,Lim menarik badan
Icha
ke belakang sehingga wajah
Icha
sekarang kembali berhadapan dengan wajahku. Terlihat wajah kesakitan dari
Icha
ketika penis Lim yang besar mulai memasuki lubang anusnya. Air mata mulai meleleh dari kedua mata
Icha.
Perlu beberapa menit sampai seluruh penis Wen masuk ke dalam lubang anus
Icha
dan kemudian Lim mulai memompa penisnya keluar masuk lubang anus
Icha,
Jeritan-jeritan sakit terdengar dari mulut
Icha
matanya kembali terpejam menahan sakit. Dua tamu wanita kemudian mendatangi
Icha
dari kedua sisi. Salah satunya membawa vibrator yang cukup besar dan menyalakannya.
“Ziiing…….” terdengar bunyi vibartor itu. Salah satu tamu wanita tersebut kemudian berjongkok disisi sebelah kiri
Icha
dan memasukan vibrator tersebut ke dalam vagina
Icha
yang disertai erangan-erangan
Icha
Tamu wanita yang lainnya berjongkok disisi kanan
Icha
dan mulai meraba-raba dan menciumi payudara
Icha
yang bergantung bebas. Tubuh
Icha
kembali terdorong ke depan, sehingga wajahnya kembali berada disebelah kuping kananku. Badan
Icha
bergoyang hebat dikarenakan genjotan penis Lim di lubang anusnya dan genjotan vibrator di vaginanya. Erangan-erangan
Icha
terdengar keras bersahut-sahutan dengan bunyi vibrator dan bel yang bergoyang keras di bibir atas vaginanya. Erangan-erangan
Icha
tidak lagi terdengar sebagai erangan kesakitan tapi telah berubah menjadi erangan kenikmatan. Tanpa disadarinya,
Icha
mulai menciumi kuping dan leherku dan sesekali menggigit pelan leherku. Tidak butuh waktu lama untuk
Icha
mencapai orgasmenya kembali, badannya mengejang hebat disertai lenguhan kecil ketika dia mencapai puncak orgasmenya. Namun Lim belum ada tanda-tanda bahwa Lim akan mencapai orgasmenya. 40 menit telah berlalu,
Icha
telah berkali-kali mengalami orgasme, sampai akhirnya Lim memuntahkan seluruh spermanya didalam anus
Icha
, Lim kemudian menarik penisnya keluar dari lubang anus
Icha
dan membimbing
Icha
ke matras di tengah basement itu. Ternyata salah satu tamu pria Lim telah tidur terlentang di atas matras itu dengan keadaan telanjang bulat dan penis besar yang mengacung ke atas. Lim membimbing
Icha
menduduki penis tersebut.
Icha
hanya menurut saja apa yang dikehendaki Lim. Setelah penis besar tamu Lim yang bernama Aliong itu masuk seluruhnya ke dalam vagina
Icha,
Aliong kemudian menarik kedua puting payudara
Icha
sehingga posisi badan atas
Icha
meniduri dada Aliong .Aliong lalu mencium bibir
Icha
dengan ganas, dan aku melihat
Icha
melayaninya. Lidah
Icha
dan lidah Aliong bertautan, mereka berciuman dengan ganasnya. Sementara itu Zhou yang juga sudah telanjang bulat mendekati pantat
Icha
dari belakang, dan tanpa basa-basi memasukan penisnya yang juga besar ke dalam lubang anus
Icha
sehingga sekarang posisi
Icha
terjepit di antara tubuh Aliong dan Zhou dengan 2 penis menancap masing-masing di vaginanya dan di anusnya.
Mata
Icha
terlihat berbinar ketika ALiong dan Zhou mulai memompa penisnya masing-masing pada vagina dan anus Icha. Tidak ada lagi penolakan dari
Icha,
bahkan
Icha
turut menggoyang-goyangkan pinggulnya seirama dengan genjotan Aliong dan Zhou.
“Lihat, istrimu mulai menikmati dan menerima statusnya yang baru sebagai budak seks. Saya harap kamu juga dapat menerimanya. Kamu tidak mau kan rekaman dvd istrimu tersebar di internet, lagipula aku lihat kamu juga mulai menikmatinya, lihat penis kamu mulai membesar” bisik Lim kepadaku.
“Kamu menurut saja, dan kamu dapat mendapatkan impianmu selama ini, yaitu melihat istrimu disetubuhi pria lain” lanjut Lim kepadaku.
Aku hanya mengangguk pelan. Terus terang melihat
Icha
disandwich oleh 2 laki-laki tua telah membangkitkan nafsu birahiku. Obat yang diberikan Lim kepadaku mulai memudar dan tubuhku mulai tidak lemas lagi, namun bukannya aku membantu
Icha
melepaskan diri tapi aku malah menikmati adegan seks di depanku. Terasa lama sekali untuk Aliong dan Zhou mencapai orgasmenya, namun sebaliknya sangat cepat sekali
Icha
mengalami orgasme. Setelah
Icha
mengalami orgasme berkali-kali, barulah Aliong dan Zhou secara bersamaan memuntahkan spermanya masing-masing dalam vagina dan anus
Icha
Selesai memuntahkan spermanya dalam anus dan vagina
Icha,
Aliong dan Zhou segera digantikan oleh tamu pria yang lainnya. Kali ini giliran Wang dan satu tamu lainnya yang bernama Kong. Audrey diposisikan tiduran terlentang di atas tubuh gemuk Wang dengan penis Wang yang menancap di anus
Icha
, sedangkan Kong menancapkan penisnya ke dalam vagina Audrey dari atas. Lam dan Kong dengan segera menggenjot penisnya masing-masing dengan kasar pada vagina dan anus
Icha,
Icha
terlihat kepayahan melayani nafsu Wang dan Kong. Kedua tangan
Icha
bertumpu di dada
Wang
kedua kakinya terbuka lebar memberikan akses seluas-luasnya bagi penis Kong di vaginanya. Sementara itu, ketiga tamu wanita yang semuanya telah telanjang bulat menyerbu penisku, mereka memelorotkan celana dan celana dalamku dan mulai menjilati penisku secara bergantian yang membuat nafsu birahiku semakin memuncak. Tanganku mulai berani meraba-raba payudara ketiga wanita tersebut.
Icha
kadang-kadang terlihat memandang ke arahku yang sedang dioral service oleh ketiga tamu wanita tersebut. Entah cemburu atau karena tidak mau kalah melihat aku menikmati service ketiga tamu wanita tersebut,
Icha
kembali berkonsentrasi dengan persetubuhannya dengan Wang dan Kong. Tangan kanannya meraih belakang kepala Kong dan ditariknya kedepan dan
Icha
menciumi bibir Kong dengan ganasnya.
Lidah
Icha
terlihat bermain dengan lidah Kong, pinggul
Icha
bergoyang makin hebat seakan-akan memberi semangat untuk Wang dan Kong agar menggenjot penisnya masing-masing dengan semakin ganas pada vagina dan anusnya. Orgasme demi orgasme melanda
Icha
sampai akhirnya Wang dan Kong menghabiskan seluruh spermanya dalam vagina dan anus
Icha,
Aku sendiripun telah mengalami orgasme, seluruh spermaku ditelan habis oleh ketiga tamu wanita tersebut. Setelah selesai menghabiskan seluruh spermaku, ketiga wanita tersebut bermain seks bertiga. Rupanya mereka adalah lesbian. Ketika aku bermaksud untuk ikut serta, secara halus mereka menolakku. Sementara itu
Icha
masih melayani kelima pria tua di atas matras. Mereka secara bergantian atau bersama-sama menyetubuhi
Icha
dengan berbagai macam gaya seks. Terkadang seluruh lubang yang ada di Audrey yaitu mulut, vagina dan anus
Icha
harus melayani penis-penis pria-pria tua tersebut secara bersamaan. Terlihat juga
Icha
melayani kelima pria tua tersebut secara bersamaan.
Icha
duduk di atas Lim yang berbaring terlentang dimatras dengan penis Lim pada vagina
Icha
sedangkan Kong asyik menggenjot anus
Icha
dari belakang. Secara bersamaan mulut
Icha
menjilati dan menghisap penis Wang, sedangkan tangan kiri
Icha
sibuk mengocok penis Zhou dan tangan kanan
Icha
sibuk mengocok penis Aliong. Terlihat suatu adegan yang fantastis di hadapanku,
Icha
istriku yang cantik, berkulit putih dan mulus sibuk melayani 5 pria tua yang semuanya bertubuh gemuk dan berbulu lebat. Erangan-erangan mereka membahana di basement itu disertai bunyi bel kecil yang tergantung di bibir atas vagina
Icha
Orgasme-orgasme silih berganti melanda mereka. Sudah banyak sekali sperma kelima pria tua itu memenuhi vagina, lubang anus dan mulut
Icha
Bekas-bekas sperma nampak dibibir vagina dan lubang anus
Icha,
juga demikian di bibir mulut
Icha,
namun mereka terus bersetubuh sepanjang malam itu sampai pagi menjelang ketika mereka semua kehabisan tenaga dan tidur bersama di basement itu dengan keadaan telanjang bulat.
Hari sudah siang ketika
Icha
dan kelima pria tua bangun, merekapun mandi bersama-sama. Ketiga tamu wanita sudah tidak nampak di villa, kelihatannya mereka sudah pulang duluan ke Jakarta. Tidak terasa sudah dari jumat malam aku dan
Icha
berada di villa. Sekarang sudah hari minggu, namun tidak terlihat Wen dan 4 pria lainnya akan pulang ke Jakarta. Mereka masih asyik menyetubuhi budak seks barunya, yaitu
Icha
istriku. Tidak ada henti-hentinya mereka menyetubuhi
Icha
baik secara bergantian maupun secara bersama-sama. Mereka menyetubuhi Audrey baik di ruang tengah, di ruang makan, di kolam renang, di jacuzzi maupun di kamar tidur. Aku melihat
Icha
berusaha melayani nafsu binatang mereka dengan sebaik-baiknya. Terlihat sekali istriku sudah menerima status barunya sebagai budak seks. Meskipun terlihat sulit bagi
Icha
untuk mengimbangi kemampuan seks kelima pria tua itu, namun
Icha
terlihat mulai menikmatinya, terutama apabila
Icha
disetubuhi dengan gaya-gaya baru yang belum pernah dicobanya. Kelima pria itu terus menyetubuhi
Icha
sepanjang hari Minggu, Senin sampai hari Selasa, mereka hanya berhenti kalau saatnya makan dan tidur sebentar. Kagum aku melihat stamina kelima pria tua tersebut mengingat usia mereka semuanya sudah di atas 50 tahun. Kadang-kadang ketika mereka beristirahat sebentar, mereka mengijinkanku untuk dioral oleh
Icha,
namun mereka tidak pernah mengajakku untuk secara bersama-sama menyetubuhi
Icha.
Hari Rabu pagi, mereka baru mengijinkan aku dan
Icha
kembali ke Jakarta dengan instruksi bahwa cincin dan bel kecil di bibir atas vagina Icha tidak boleh dilepas, mulai sekarang
Icha
hanya diperbolehkan memakai rok dengan tidak boleh memakai BH dan celana dalam, setiap hari
Icha
harus meminum pil anti hamil yang diberikan oleh Lim,
Icha
harus selalu mencukur bulu-bulu disekitar vaginanya sehingga vaginanya selalu mulus tanpa bulu sehelaipun, aku tidak boleh menyetubuhi
Icha,
aku hanya boleh dioral saja oleh
Icha
dan kapanpun Lim dan teman-temannya memanggil
Icha
atau datang ke rumah kami,
Icha
harus siap melayani. Apabila kami tidak menuruti maka dvd rekaman persetubuhan
Icha
di villa tersebut akan tersebar di internet.
Icha
hanya mengangguk tanda setuju mendengar instruksi Lim sedangkan aku hanya diam tanpa bisa berbuat apapun. Kamipun pulang ke Jakarta pada hari Rabu pagi itu dengan status baru istriku sebagai budak seks pemuas nafsu.
THE END
Share this article
:
Post a Comment
« Prev Post
Next Post »
Home
JINPOKER.COM
Like This Page
KONTES SEO JINPOKER.COM
JINPOKER.COM
JINPOKER.COM adalah Situs permainan poker online dan domino yang terbaik di Indonesia, JINPOKER merupakan perusahaan yang menyediakan jasa game poker tanpa robot dan berbagai kemudahan bagi anda para bettor mulai dari proses pembuatan id, deposit, withdraw dan lain-lainnya.
Tentang Saya
Unknown
View my complete profile
Popular post
Jatuh Di Pelukan Si Bandot
WWW.JINPOKER.COM, - AGEN POKER dan DOMINO ONLINE TERPERCAYA “Huuuh..nyebelin banget sih tuh aki-aki..” gerutu bella sambil mengunci p...
CERITA BERSAMBUNG PART 1
WWW.JINPOKER.COM, - AGEN POKER dan DOMINO ONLINE TERPERCAYA Aku terima banyak email, sorry aku nggak sempat balas. Ada juga orang yan...
Fakta Tentang Maria Ozawa (Miyabi)
JINPOKER.COM - AGEN POKER dan DOMINO ONLINE TERPERCAYA 1. Keturunan Miyabi merupakan gadis keturunan Jepang (ibu) dan Perancis (ayah...
Cerita Sex Remaja Ngentot ABG HOT
JINPOKER.COM - AGEN POKER dan DOMINO ONLINE TERPERCAYA Pada suatu hari, saya bersama teman-teman saya banyak sedang mengadakan kegiata...
CERITA SEKS ISTRIKU MENJADI BUDAK SEKS
WWW.JINPOKER.COM, - AGEN POKER dan DOMINO ONLINE TERPERCAYA WWW.JINPOKER.COM, - AGEN POKER dan DOMINO ONLINE Cerita dewasa sensasik...
Visitors
jam
Powered by
Blogger
.
Labels
agen domino
agen domino online
agen judi poker online
agen poker
agen poker online
cerita 18+
cerita dewasa
cerita jorok
cerita panas
cerita seks
cerita seks 18+
cerita seks beneran
cerita seks terpanas
cerita sex
cerita sex dewasa
foto seks
kontes seo 100 juta
kontes seo 100 juta jinpoker
kontes seo 2014-2015
Kontes seo jinpoker
poker online terpercaya
XXX
JINPOKER.COM
Post a Comment