WWW.JINPOKER.COM, - AGEN POKER dan DOMINO ONLINE TERPERCAYA
Ferry mengelus-elus punggung Cindy dengan penuh kasih sayang. Kemudian membisikkan ditelinganya,
"Apa yang aku pikirkan adalah kau lebih jujur dari pada aku, yang sebenarnya juga mempunya perasaan yang sama."
Cindy menarik tubuhnya dan memandang tajam wajahku. "Maksudmu kamu juga punya perasaan yang sama denganku?"
"Oh Tuhan, Cindy, sekali lagi, aku sebenarnya sudah mencoba untuk memendam dalam-dalam perasaanku tapi setiap kali selalu gagal. Masyarakat mengatakan hal itu adalah dosa bila seorang kakak mencintai adiknya sendiri, aku selalu ingin menjadi seorang kakak yang baik, tapi setiap kali kita membicarakan masalah sex, setiap kali kamu pulang kencan, hatiku selalu gelisah dan cemburu. Setiap kali kau menceritakan teman kencanmu hatiku menjerit, aku ingin bahwa itu adalah aku, aku ingin menggantikan posisi teman-teman kencanmu. Karena anggapan taboo untuk hubungan antara saudara maka aku selalu berusaha menekan perasaanku."
"Oh Ferry, taboo itu adalah anggapan kuno sebelum ada alat KB, yang bisa mencegah kehamilan. Anggapan itu mungkin untuk mencegah agar kakak tidak memperkosa adiknya, atau juga mungkin adik memaksa kakaknya."
Cindy berhenti sesaat kemudian meneruskan kata-katanya setengah berbisik, "Aku tidak memaksamukan Ferry? Kamu tidak berbasa-basi untuk sekedar menyenangkan diriku bukan?"
Kuraih tangan Cindy kemudian kuletakkan diatas kemaluanku.
"Rasakan dan katakan bagaimana menurut pendapatmu."
Tangan Cindy mengusap-usap bagian menonjol di depan celana jeanku. Karena saat itu aku sudah terangsang maka batang kemaluankupun sedang tegang maximal. Mata Cindy pun melotot, diapun berkata,
"Oohhh Ferry, punyamu keras, dan... Dan besar sekali!!!. Apa ini semua karena aku??? Aku bisa membuatmu begini???"
"Yeah, betul sekali. Melihat bayangan tubuhmu dibalik bajumu yang tipis, sentuhan dadamu saat berpelukan seperti ini dan membayangkan kalau kau nggak pakai baju, membuatku jadi begini."
"Kamu ingin melihat tubuhku telanjang kak?" bisik Cindy dengan suara lembut dan mesra.
"Oh, pasti Cindy, aku sudah sejak lama memimpikan meluhat tubuhmu tanpa ditutupi sehelai benangpun."
"Well, aku juga demikian," kata Cindy."Aku juga sudah lama memimpikan melihat kamu telanjang, melihat 'anumu' yang sering menonjol keras di celanamu itu."
"Apa lagi yang pernah kau angankan?" kataku penasaran.
"Aku memimpikan kita berdua telanjang bulat. Kau raba seluruh tubuhku dari kepala sampai ujung kaki. Kau menciumku seperti aku adalah pacarmu, bukan sebagai adik. Kau menciumi seluruh tubuhku... Khususnya di tempat-tempat yang sangat nikmat."
Kemudian Cindy berkata lagi dengan suara yang lebih pelan, "Kemudian aku memimpikan kau bermain cinta denganku, dan... kau ambil keperawananku, tentunya itu akan sangat nimat dan indah sekali."
Cindy kemudian memelukku erat sekali sambil menempelkan seluruh tubuhnya, "Ferry , buatlah impianku ini menjadi kenyataan."
Tanpa menjawab lagi pertanyaan Cindy, kuangkat wajahnya dan kucium bibirnya. Kucium seperti aku mencium kekasihku, tidak seperti adikku. Bibir kami saling terbuka dan lidah kami saling menyentuh dan mengait. Tubuh Cindy langsung bereaksi, nafasnya berpacu dengan cepat. Tanpa melepaskan ciuman kami, kini tubuhn Cindy tidur terlentang dan menarik tubuhku agar menindih tubuhnya. Seluruh permukaan tubuh kami saling berhimpit, saling bergesek dan nafas kamipun ikut berpacu.
Kuangkat bajunya ke atas dan buah dadanya yang kanan kuremas-remas pelan, putting payu daranya yang mencuat itu kupilin-pilin dan kuputar-putar. Kurasakan puttingnya semakin keras dan tegang, mulut Cindy merintih dan mendesah, memanggil-manggil namaku.
"Ooohhh Ferry, aaahhh... Ferry, Ferry.. Enak sekali... Nikmat Ferry... Ohhh."
Ciumanku kemudian menjelajahi seluruh wajahnya, keningnya, matanya, pipinya, merambat ke telinganya dan juga ke lehernya. Seluruh wajahnya sudah basah oleh jilatanku. Bajunya kulepas melewati kepalanya sehingga buah dadanya terbuka sama sekali. Sepasang bukit indah yang sudah lama kuimpikan dan kubayangkan. Memang sepasang bukit itu benar-benar sempurna, jauh lebih indah dari yang aku bayangkan. Bulat, kencang dan mencuat indah sekali. Puttingnya yang berwarna merah muda tegang menantang dipuncaknya.
Ciumanku segera mendarat disana, merayapi lembahnya dan seluruh cembungan sampai mencapai puttingnya. Lidahku mengkait dan memutari putting kecil itu dan kemudian kujepit dengan bibirku, kupilin-pilin dan kuhisap-hisap. Kemudian ciumanku bergeser ke bukit satunya kuciumi seperti tadi. Suara desahan dan rintihan Cindy semakin keras, tubuhnya menggeliat setiap kali putting dadanya suhisap-hisap.
Sambil mengerjai sepasang bukit dadanya, tanganku juga ikut bergerilya. Selimut yang menutupi bagian bawah tubuh Cindy sudah kucampakkan. Jari-jariku kususupkan ke dalam celananya, bahkan langsung kebalik celana dalamnya. Cindy pun segera membuka pahanya lebar-lebar mengundangku agar lebih mudah dan leluasa menjelajagi bagian paling rahasia miliknya ini.
Akhirnya aku tidak tahan lagi, baju bawahnya dan celana dalamnya pun aku lepas sama sekali melewati kakinya. Seluruh kemulusan tubuh Cindy pun akhirnya terpampang nyata. Bagian segitiga dipangkal pahanya tampak cembung dan ditumbuhi rabut pirang yang halus serta terawat rapi. Ketika jari-jariku menelusuri celah-celah dari bibir vaginanya yang tebal, terasa hangat dan lembab. Tangankupun basah oleh cairan lendir yang keluar dari tempat paling rahasia Cindy, dan aroma khas cairan kewanitaan Cindy tercium memenuhi ruangan.
Fantasiku dan impianku akan vagina Cindy sudah menjadi kenyataan, aku benar-benar telah menjelajahi setiap inchi tubuhnya sampai yang paling rahasia, dan kami menikmati getaran percintaan setiap menitnya. Akupun telah membuat fantasi dan impian Cindy jadi kenyataan. Aku telah meraba dan menjelajahi seluruh tubuhnya dan menciuminya juga. Kini aku ingin memenuhi impianku lebih lanjut lagi, melengkapinya secara tuntas.
Pinggul Cindy sampai terangkat-angkat setiap kali jari-jariku menelusuri lembah basah di celah-celah vaginanya. Terkadang Cindy menjerit lirih saat citorisnya kupilin-pilin. Sepertinya bagian itu adalah bagian paling peka ditubuhnya yang sekaligus bisa memberikan rangsangan paling sensasional. Aku jadi paling sering bermain disana. Aku ingin memberikan Cindy kenikmatan yang paling sempurna, memanjakannya dan sekaligus menyayanginya dengan sepenuh hati.
"Cindy," bisikku, "Kamu benar-benar sangat cantik, aku tidak pernah membayangkannya, kau gadis paling cantik yang pernah kulihat."
"Terima kasih atas pujianmu yang sangat manis ini," kata Cindy, "Tapi ini cuman satu sisi saja. Aku sudah nggak pakai apa-apa sedang kamu masih pakai pakaian lengkap. Kamu sudah melihat seluruh bagian tubuhku tapi aku tidak. Sekarang saatnya kamu harus buka semua bajumu Kak."
Ferry segera berdiri dan melepas semua pakaiannya, kemudian berdiri telanjang bulat di depan Cindy. Tubuhnya yang tegap atletis dan batang kemaluannya mengembang penuh dan tegak menantang, ujung kemaluannya yang berbentuk seperti topi baja itu mengkilat saking tegangnya. Mata Cindy pun melotot memandang bagian itu. Tangannya segera meraih dan mendekapnya. Jari-jarinya tidak muat mencakup batang kemaluan kakaknya itu.
"Ya Tuhan, Ferry, luar biasa sekali punyamu ini, begitu keras dan sangat besar. Aku jadi ragu-ragu apa bisa muat dimasukkan kepunyaku?"
"Milik gadis bisa mengembang cukup besar sehingga akan bisa menampungnya semua. Kau tahu kan baby juga dilahirkan melalui lubang itu, dan baby tentunya jauh lebih besar dari pada punyaku."
"Ya, aku juga mengharapkan begitu," kata Cindy masih khawatir, "Tapi ingat lho, orang melahirkan itu prosesnya lain, tidak setiap saat punya wanita bisa mengembang seperti itu. Kamu harus hati-hati ya... Aku agak takut."
"Cindy sayang, aku pasti akan hati-hati, aku tak ingin membuatmu menderita, kau tahu pasti itu. '
"Ya aku sangat memahaminya," kata Cindy.
Ferry kembali memeluk Cindy, kini seluruh kulit tubuhnya bersentuhan dan bergesekan secara langsung dengan tubuh mulus Cindy. Cindy juga membuka pahanya lebar-lebar dan melingkarkan kakinya kepinggul Ferry. Batang kemaluan Ferry dijepit diantara belahan vaginanya. Seketika tubuh kedua remaja yang sedang dimabuk cinta itu bergetar, perasaan sensasional yang sangat nikmat mengalir kesekujur tubuhnya. Gesekan dan gerakan kecil dari permukaan tubuh mereka sedah menimbulkan perasaan nikmat luar biasa. Terutama Cindy, batang kemaluan kakaknya yang keras itu menekan dan mengegesek celah-celah vaginanya telah menimbulkan kenikmatan yang begitu luar biasa. Gadis ini hampir lupa diri dibuai kenikmatan. Tubuhnya seperti melayang-layang diangkasa.
"Ohhh, Ferry ,Ferry, aku nggak pernah merasakan yang seperti ini sebelumnya. Setuhan tubuhmu memberikan kenikmatan yang teramat luar biasa. Aku benar-benar tidak pernah merasakan kenikmatan seperti ini sebelumnya. Ini karena kamu yang melakukan Ferry, kamu telah membuat impianku terwujud, bahkan lebih dari yang aku harapkan, dan rasanya aku benar-benar tergila-gila."
Ferry menggerakkan pinggulnya naik turun sambil menekan batang penisnya ke vagina Cindy, bibirnya keduanya saling berciuman dengan hot sekali, sementara tangan Ferry meremas dan memainkan putting buah dada Cindy. Cindy juga berusaha mengimbangi gerakan tubuh Ferry, digerakkan kekiri-kanan dan kadang diangkat-angkat. Tubuh keduanya sudah dibanjiri keringat. Tiba-tiba tubuh Cindy menegang dan mengerang keras, tangannya mencengkeram pundak Ferry dan pahanyapun menjepit pinggul Ferry kuat-kuat.
"Ooohhh..... Aaahhh... Aku keluarrr, ohhh Ferry aku keluarrr... Aku keluaarrr." Jerit Cindy, "Ooohhh Ferry... Aaahhh!"
Ferry masih meneruskan gerakannya, sambil pelan-pelan menurunkan temponya sampai tubuh Cindy lemas terkulai. Pemuda itu sangat terharu, matanya sampai berkaca-kaca menyaksikan adikknya mencapai orgasme yang demikian dasyat. Dia sangat bersyukur bisa memberikan kebahagiaan dan kenikmatan buat Cindy. Diciuminya seluruh wajah adiknya yang sangat dicintainya dan disayanginya ini. Untuk beberapa saat Cindy tidak mampu berkata apa-apa, matanya tertutup rapat, napasnya tersegal-segal dan seluruh tubuhnya terasa lemas bagai tak bertulang lagi.
Sesaat kemudian Cindy mulai sadar kembali.
"Aku tidak yakin ada orang lain yang bisa memberiku kenikmatan seperti ini Ferry," katanya pelan, "Benar-benar sangat luar biasa, aku benar-benar tidak pernah merasakan sebelumnya, aku benar-benar menyayangi dan mencintaimu Ferry," kata Cindy sambil menciumi wajah kakaknya dengan penuh kemesraan, "Tapi inikan baru permulaan saja bukan?" katanya lembut, "Aku masih menantikan kelanjutannya."
"Yeah, bagian pembukaan baru saja selesai," kataku.
"Biarkan aku melihatnya dulu," kata Cindy. "Aku belum pernah melihatnya dengan jelas," katanya sambil tersenyum. "Kenyataannya, Hendra adalah laki-laki pertama yang pernah kulihat 'anunya', tapi dalam keadaan gelap sehingga aku nggak bisa jelas melihatnya. Sebelum milikku kau masuki punyamu ini, paling tidak aku bisa melihat dulu seperti apa bentuknya," katanya Cindy genit.
Cindy kemudian menggeser tubuhnya kebawah, sisi tubuhnya sebelah kiri tiduran diatas perutku sambil menghadap kebawah, sehingga wajahnya hanya beberapa cm dari batang penisku yang tegak mengacung langit. Tangannya kini menggenggam batang penisku dan menggerakkannya naik turun. Kepala topi bajaku yang mengkilat itu juga dijilati dan kadang-kadang diciuminya dengan mesra. Kini ganti Ferry yang dibuat kelojotan menikmati sensasi kenikmatan yang luar biasa.
"Oohhh... Cindy. aaahhh," desah Ferry.
"Apa aku sudah melakukannya dengan benar?" tanya Cindy.
"Tergantung," jawabku pendek sambil meringis menahan nikmat.
"Apa maksudmu?"
"Maksudku bila kamu ingin melihatku segera keluar disana, kamu sudah melakukannya dengan benar."
"Kamu sudah mau keluar?"
"Ya Tuhan, ya!, tapi aku ingin dengan cara lain. Aku sudah nggak tahan lagi menahannya, tapi aku ingin menumpahkannya didalam milikmu itu, aku ingin merasakan kehangatan dan jepitan liang vaginamu yang kecil itu, dan nikmatnya keluar didalam vaginamu."
"Oh, Ferry, aku juga!" kata Cindy sambil menindih tubuhku.
Bersambung . . .
Post a Comment